Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kanker Usus Besar Makin Mengancam

Kompas.com - 18/03/2010, 03:35 WIB

Aru menjelaskan risiko kanker usus besar paling dipengaruhi bahan-bahan karsinogenik dan gaya hidup. Sebab, organ tubuh tersebut selalu dilalui bahan-bahan karsinogenik dalam makanan.

Endang Sudarman (66), dokter yang juga menderita kanker kolorektal stadium tiga, mengatakan, dirinya memang penyuka makanan berlemak. Tiada hari, misalnya, tanpa makan sate ayam dan jeroan.

Sekitar Desember 2008, Endang mengalami susah buang air besar dan tinjanya berdarah. Setelah diperiksa saksama, Endang pasrah saat dokter menyatakan ususnya harus dipotong 70 sentimeter dengan berat sekitar lima kilogram.

”Sekarang saya sangat menjaga pola makan. Saya banyak makan buah-buahan dan sayur yang dijus,” kata Endang.

Perlu deteksi dini

Pasien kanker kolon banyak yang baru terdeteksi saat sudah pada stadium tiga. Kondisi itu karena pasien sering tidak merasakan gejalanya.

Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas (adenoma) yang awalnya membentuk polip. Sebenarnya polip mudah diangkat, tetapi sering adenoma tidak menunjukkan gejala apa pun.

Kondisi itu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi di semua bagian dari usus besar. Kanker kolorektal juga dapat menyebar keluar jaringan usus besar dan ke bagian tubuh lainnya.

Aru mengatakan, pemeriksaan feses yang rutin dapat membantu pencegahan kanker kolorektal. Selain itu, kolonoskopi juga perlu dilakukan.

Yang terpenting, kata Aru, tetap dengan mengatur dan mengubah pola makan, melakukan aktivitas fisik atau berolahraga. Perlu juga mengonsumsi obat-obatan chemoprevention, seperti aspirin dan obat-obat antiinflamasi nonsteroid.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com