Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aspartam, Si Manis yang Menuai Kontroversi

Kompas.com - 29/03/2010, 14:04 WIB

Bahkan, di Perancis telah disetujui sejak 1988. Nilai ambang batas/acceptable daily intake (ADI) yang telah disetujui oleh JEFCA adalah 40 mg/kgBB/hari yang apabila dikonversikan sebanyak 18-19 kaleng diet cola pada individu yang mempunyai berat badan 68 kg karena produk diet cola mengandung aspartam yang sangat sedikit.

Berdasarkan percobaan oleh Karim dkk dan Stegink dkk pada 1996, metabolisme aspartam terjadi pada saluran pencernaan menjadi komponen metanol sebanyak lebih kurang 10 persen, 40 persen asam aspartik dan 50 persen fenilalanin. Sedangkan pada penelitian Creppy dkk pada 1998 menyatakan, hanya sebagian kecil saja aspartam yang mungkin diserap tanpa dimetabolisasi. Akan tetapi, hal ini masih perlu dikonfirmasikan.

Kontroversi aspartam
Meski penggunaannya telah mendunia dan telah disetujui oleh WHO, bukan berarti aspartam langsung bisa diterima oleh masyarakat. Banyak kontroversi muncul dikarenakan adanya penelitian mengenai produk aspartam dengan beragam hasil yang berbeda.

Pada 1996, sebuah artikel yang dikemukakan oleh JW Olney menyatakan adanya kemungkinan bahwa aspartam menyebabkan peningkatan insiden dari tumor otak sehingga menimbulkan perdebatan di berbagai media.

Pada tahun yang sama, badan-badan kesehatan di berbagai belahan dunia telah memberikan reaksi dengan menyatakan pada publik bahwa berbagai macam penelitian telah dilakukan. Sejumlah penelitian lain masih berlangsung untuk mendapatkan bukti sains yang mendukung.

Sementara itu, bukti dari penelitian yang dilakukan oleh FDA FR (1981-1984), Koestner dan Cornell dkk pada 1984 serta yang dilakukan Flamm (1997) membantah pernyataan tersebut dengan menyatakan bahwa tidak ada potensi karsinogenik yang menyebabkan kanker pada pemakaian aspartam di tikus percobaan.

Perdebatan mengenai hasil penelitian Olney juga dikemukakan oleh para peneliti lain, termasuk Levy dkk pada tahun 1996 yang menyatakan bahwa jika pengumpulan data mengenai insiden tumor otak dan pemakaian aspartam dikumpulkan dari 1973 hingga 1992, hasil penelitian Olney tidak relevan, karena Levy mendapatkan hasil bahwa insiden tumor otak meningkat bukan karena mengkonsumsi aspartam.

Pendapat serupa dinyatakan oleh penelitian Lim dkk yang mengikuti perjalanan 285.079 pria dan 1888.905 wanita pengonsumsi aspartam, baik di dalam minuman mereka saat dingin maupun panas sejak 1995 hingga 2000, hasil penelitian ini mendapati bahwa tidak ada kaitannya dengan risiko kanker otak dan kelainan pembentukan darah. Studi ini dipublikasikan di jurnal Cancer epidemiology Biomarkers and Prevention pada 2006.

Salah satu penelitian terbaru pada 2008 yang membantah bahwa aspartam menyebabkan kanker adalah penelitian dari Magnuson dan Williams yang disponsori oleh Burdock Group. Ini adalah sebuah badan peneliti independen yang di-support secara finansial oleh perusahaan Ajinomoto, salah satu produsen Aspartam. Bahkan pada 2009, salah satu penelitian yang disokong oleh Italian Association for Cancer Research dan The Italian League Against Cancer menyatakan bahwa tidak terbukti bahwa aspartam menyebabkan kanker lambung, pankreas, dan lapisan rahim (endometrium).

Memang, penggunaan aspartam yang masih menjadi kontroversi  tak hanya terjadi di Indonesia, tetapi terjadi juga di Amerika dan sejumlah negara lainnya. Akan tetapi, sejauh ini FDA dan beberapa organisasi kesehatan lainnya masih menyatakan aman untuk dikonsumsi berdasarkan banyaknya penelitian yang dilakukan di berbagai belahan dunia dari masa ke masa.

Untuk itu, pertanyaan apakah aspartam memang aman untuk dikonsumsi? Kita kembalikan lagi kepada individu masing-masing untuk menjawabnya. Karena meski badan kesehatan dunia sudah menyatakan aman, apabila seorang individu merasa tidak nyaman untuk mengonsumsi, maka keputusan terakhir berada di tangan sang pengonsumsi.

dr Intan Airlina Febiliawanti

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com