Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tuberkulosis Dapat Dicegah

Kompas.com - 07/04/2010, 04:24 WIB

Beberapa petunjuk untuk itu, antara lain:

- Diupayakan pengidap tidak menularkan dengan menutup mulut dengan sapu tangan atau lengan baju saat batuk dan bersin, atau menggunakan masker. Perlu respirator standar agar tidak ada bakteri terhirup.

- Mengupayakan ventilasi yang baik (cross ventilation), agar partikel dari orang batuk atau bersin dapat cepat terdilusi di udara sehingga kandungan bakteri lebih kecil.

- Upaya pencegahan sangat penting diterapkan khususnya di rumah sakit-rumah sakit, puskesmas, tempat berkumpulnya orang banyak, seperti di barak-barak, rumah tahanan, dan sekolah. Kecepatan pertukaran udara yang baik dalam suatu ruangan, menurut WHO, minimal 12 ACH (average change hour)—terjadi pertukaran udara rata-rata sebesar 12 kali per jam dalam ruangan.

Khusus rumah sakit, puskesmas, dan lain-lain, WHO menyarankan pemisahan pasien batuk, sejak saat pasien ke loket pendaftaran. Pengidap batuk diberi masker agar tidak menyemburkan batuk dan bersin. Pasien dengan keluhan batuk perlu mendapat prioritas pelayanan.

Bila kecepatan dan volume udara kurang, dapat dilakukan dengan upaya mekanik, yaitu menggunakan kipas angin meja atau berdiri (stand fan) dengan arah yang benar, atau exhaust fan. Hal ini penting dilakukan di ruangan tidur, ruang perawatan, laboratorium, dan lain lain. Khusus ruang periksa pasien di rumah sakit, selain kecepatan angin 12 ACH, juga perlu diperhatikan arah udara mengalir—bisa diperiksa dengan melihat arah asap saat kita membakar obat nyamuk.

Untuk mengukur pertukaran udara digunakan vaneometer, suatu alat yang sangat sederhana, berupa kotak berlubang yang di dalamnya tergantung lembaran tipis seperti kaca film. Bila ada angin masuk dalam kotak, lembaran tersebut akan bergerak, besaran elevasi yang ditunjukkan menandakan kecepatan udara. Menggunakan rumus sederhana dengan memasukkan kecepatan udara, luas jendela dan volume ruangan, ACH dapat dihitung.

Rumah sakit, puskesmas, tempat praktik dokter merupakan tempat yang sangat rawan terjadinya penularan tuberkulosis. Tempat-tempat tersebut hendaknya mendapat perhatian khusus karena masih banyak yang belum memenuhi persyaratan pertukaran udara sesuai dengan standar. Sebagian menggunakan pendingin udara dengan menutup jendela atau jalusi dengan kaca tanpa memasang exhaust fan. Juga masih ada ruangan perawatan di rumah sakit yang menggabungkan pasien tuberkulosis dengan bukan tuberkulosis atau ODHA. Hal-hal tersebut sangat riskan terjadinya penularan tuberkulosis.

Peran pemerintah sangat penting, khususnya bagi Kementerian Kesehatan agar dapat meningkatkan upaya penyuluhan etika batuk kepada masyarakat, mengedukasi masyarakat tentang tata ruang dengan aliran udara yang baik, membuat kebijakan atau peraturan tentang fasilitas ruang pelayanan kesehatan yang memenuhi persyaratan pencegahan dan pengendalian terhadap infeksi tuberkulosis (PPI-TB). Membuat pelatihan bagi petugas kesehatan agar menguasai program PPI-TB. Dengan upaya tersebut biaya yang dibutuhkan sangat minim bila dibandingkan dengan upaya pengobatan bagi pengidap tuberkulosis, di lain pihak juga dapat meningkatkan produktivitas bagi masyarakat.

DR FAINAL WIRAWAN, MM.MARS Technical Officer pada KNCV Tuberculosis Foundation

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com