Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Angka Kematian Ibu...

Kompas.com - 23/04/2010, 05:09 WIB

Di Nusa Tenggara Barat ia menyaksikan seorang perempuan meninggal saat melahirkan karena soal itu. ”Kalau suami tidak di rumah saat istri akan melahirkan, keputusan terkait persalinan ada di tangan ayah mertua. Saat itu, ayah mertuanya keluar rumah, dicari tidak ketemu, dan suaminya buruh migran di Malaysia.”

Tradisi yang kurang lebih sama juga terjadi di daerah Kuningan, Jawa Barat. ”Suami yang merantau ke Jakarta dalam rombongan tukang rokok atau bubur kacang hijau selalu titip pesan, kalau istrinya mau melahirkan harus menunggu dia. Sementara dia berjualan berpindah-pindah.”

Apakah kematian seperti itu takdir?

”Saya menjumpai istri petani yang mengalami komplikasi saat melahirkan anak kelima. Ia menolak dibawa ke rumah sakit karena meyakini meninggal melahirkan adalah mati syahid,” lanjut Kusyuniati.

Kisah-kisah itu hanyalah perca-perca dari lembar buram kematian ibu yang angkanya lebih tinggi dari kematian lain oleh sebab apa pun; suatu tragedi kemanusiaan, yang dianggap sebagai ”kejadian biasa” dalam kehidupan sehari-hari.

Dahsyatnya penderitaan terjadi setiap jam itu tidak terekam dalam angka-angka capaian yang dipaparkan para pejabat dengan tersenyum.

Tak hanya angka

Meski demikian, angka adalah indikator pengabaian dan pembiaran oleh negara. Hal ini, antara lain, terlihat dari pasal-pasal diskriminatif mengenai kesehatan reproduksi dalam Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Data resmi SDKI 2008 mencatat, rata-rata nasional angka kematian ibu melahirkan (AKI) adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara Laporan Bank Pembangunan Asia tahun 2009 mencatat angka 405 atau rata-rata 2,3 perempuan meninggal setiap satu jam (bukan per hari) karena melahirkan.

AKI adalah indikator utama indeks pembangunan manusia, suatu notion pembangunan yang mengimbangi pembangunan ekonomi sebagai tonggak kemajuan. AKI membuat Indonesia berada di bawah peringkat negara-negara Asia lain dalam Laporan Pembangunan Manusia sampai tahun 2008.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com