Pada kasus stres umum yang mengakibatkan gangguan memori, dapat ditegaskan bahwa reaksi terhadap streslah yang merusak. Masing-masing dari kita menghadapi stres dengan cara berbeda. Ada orang yang bekerja dalam tekanan tinggi dalam jangka waktu lama, tetapi dapat tetap terjaga fungsi memorinya, sementara orang-orang lain dalam situasi tersebut telah kewalahan. Jadi yang menjadi persoalan adalah bagaimana respon kita terhadap stres, bukan pada sumber stres (stressor).
Dalam hal ini berlaku sama seperti yang telah dijelaskan, stres yang intensif memicu pelepasan hormon kortisol yang dapat mengganggu ingatan. Jadi yang penting adalah menemukan cara memodifikasi respon terhadap stres.
Sebagian orang dapat mengatasi stres dengan aktivitas fisik seperti berolahraga. Beberapa orang lain dapat mengatasi stres dengan melakukan rileksasi atau meditasi. Sebagian lainnya melakukan pengenalan terhadap batas stres yang tidak dapat ditoleransi, dan selanjutnya secara asertif (tegas tetapi sopan) menolak tugas-tugas yang tidak dapat ditanggungnya lagi.
Mengelola Fungsi Memori
Selain faktor usia dan stres, masih banyak faktor yang dapat menurunkan fungsi memori. Faktor-faktor itu antara lain genetik, hormon, penyakit-penyakit yang terkait dengan penuaan, gangguan neurologis (stroke, alzheimer, dsb), kanker, efek samping beberapa jenis obat, gangguan tidur, pola makan dan gizi, alkohol, kurang olahraga, kurang stimulasi intelektual, merokok, penggunaan obat terlarang.
Untuk mencegah penurunan daya ingat atau mempertahankan daya ingat yang kuat, Nelson memberikan saran berupa kebiasaan sehat yang dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit yang dapat merusak ingatan dan menghindari penggunaan obat yang memiliki efek samping merusak ingatan. Selain itu juga beberapa strategi untuk memperkuat fungsi kognitif, termasuk memori.
Saran-saran ini cukup sederhana, mudah dilaksanakan dan tidak mahal, yaitu:
M.M Nilam Widyarini M.Si
Kandidat Doktor Psikologi