Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hindari Keguguran pada Ibu Hamil

Kompas.com - 16/06/2010, 09:27 WIB

oleh Dr Ivan Sini

Keguguran atau aborsi merupakan peristiwa akhir dari kehamilan yang gagal di mana embrio atau janin tidak berkembang dan bertahan hidup. Biasanya ini terjadi sebelum usia kehamilan 20 minggu. Pendarahan atau bercak darah pada kehamilan trimester pertama adalah tanda awal dari keguguran bagi kebanyakan wanita.

Normalnya, ketika sperma membuahi sel telur, saat itulah embrio terbentuk. Embrio membagi karakterisitik sel genetik dari ayahnya dan ibunya. Walaupun begitu, beberapa genetik tertentu yang tidak normal dapat menyebabkan keguguran.

Beberapa ahli percaya bahwa aneuploidi, sejumlah kromosom yang abnormal, dapat menyebabkan gagalnya embrio tertanam pada dinding rahim. Pada beberapa kasus embrio aneuploidi dapat menjalani proses penanaman normal tetapi hanya sampai titik tertentu. Pada kedua kasus ini, apakah embrio aneuploidi dapat menempelkan dirinya pada dinding rahim atau tidak, keguguran masih mungkin tetap terjadi.

Sekitar 30-80 persen kasus ini akan berakhir pada kematian janin atau bahkan lahir mati. Walaupun begitu, ada beberapa janin abnormal dapat terus berkembang sampai pada akhir usia kehamilan dan menghasilkan seorang bayi dengan kecacatan besar. Masalah kromosom ini terjadi secara acak dan tidak ada hubungannya dengan sesuatu yang dilakukan oleh kedua orangtua.

Bagaimana cara pandang kita pada peristiwa ini, keguguran merupakan hal yang tidak diinginkan wanita manapun. Namun, berita baiknya adalah masih ada kesempatan lagi karena kehamilan berikut tidak selalu berakhir pada keguguran lagi.

Walaupun faktor lingkungan dan gaya hidup sang ibu memiliki sedikit pengaruh terhadap peristiwa di atas, terdapat hal-hal lebih penting lainnya yang harus diperhatikan. Gaya hidup hidup yang penuh dengan tekanan tidak selalu meningkatkan resiko wanita mengalami keguguran. Namun, merokok, konsumsi alkohol dan obesitas dapat meningkatkan resiko terjadinya keguduran.

Selain itu, proses pencernaan teratogen atau zat kimia dapat menyebabkan kelahiran cacat yang kemungkinan mengarah pada keguguran. Dengan cara yang sama, beberapa infeksi seperti Toksoplasma dan Listeria memiliki efek teratogenik. ©FlyFreeForHealth2010

Dr Ivan Sini adalah seorang Ginekolog dan Direktur Klinik Morula IVF Jakarta, yang menangani masalah ketidaksuburan dan memiliki program bayi tabung (IVF) terkemuka di Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com