Konsultan perempuan dan anak Yayasan Puspa Indonesia Tarech Rasyid mengungkapkan, meningkatnya rata-rata angka kekerasan terhadap perempuan dan anak adalah akibat maraknya peredaran video porno.
”Di Palembang maupun di daerah lain di Sumsel, VCD porno diperjualbelikan dengan bebas. Sekarang orang seolah sudah memaklumi peredaran video porno,” ujarnya.
Faktor pemicu lainnya, menurut Tarech, adalah penegakan hukum terhadap pelaku kekerasan terhadap perempuan dan anak belum optimal sehingga tidak mampu mengurangi jumlah kasus.
”Polisi kesulitan memproses kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak karena kekurangan bukti dan saksi. Padahal korban adalah saksi dan buktinya bisa diperoleh dari hasil visum,” kata Tarech.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Women’s Crisis Centre Palembang Yeni Roslaini Izi di sela acara dialog publik bertema ”Pendidikan, Anak, dan Kekerasan” mengemukakan, kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Sumsel bukannya menurun, melainkan makin meningkat. ”Kami berupaya menghentikan kekerasan pada perempuan dan anak melalui berbagai cara, di antaranya melalui acara dialog publik,” kata Yeni.
Yeni juga membenarkan, jenis kasus kekerasan yang paling sering menimpa perempuan dan anak adalah pelecehan seksual, pemerkosaan, dan hubungan sedarah atau incest. Yeni juga meyakini jumlah kasus kekerasan yang terjadi di tengah masyarakat jauh lebih banyak dari yang terungkap. Karena itu, dia mengajak berbagai pihak untuk melaporkan kasus tersebut.
Yeni mengingatkan, kasus kekerasan ini di Sumsel tahun 2010 makin parah. Untuk itu, berbagai pihak diajak meningkatkan kepedualian.