Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menonton Televisi yang Sehat

Kompas.com - 05/08/2010, 12:17 WIB

Ketika televisi belum datang, masyarakat senantiasa mencari dan menciptakan jenis permainan dan hiburan untuk mengisi waktu senggangnya. Kondisi itu berubah total ketika televisi datang menghampiri ruang-ruang keluarga. Aktivitas manusia tergantikan. Tidak tanggung-tanggung, televisi merampasnya. Maka, manusia pun kebingungan. Setelah melihat suguhan televisi begitu menggiurkan, akhirnya manusia terbius dan terobsesi ingin meniru apa yang dipertontonkan televisi. Lahirlah budaya tiru-meniru atau imitasi yang sekarang sudah menggurita di mana-mana.

Jelas ini penyakit yang susah dicari penawarnya. Dari imitasi ini akan bermunculan penyakit lain. Ujung-ujungnya adalah nafsu konsumerisme, kekerasan, agresivitas yang tidak pada tempatnya, kriminalisasi, nafsu syahwat yang meningkat, dan budaya instan yang terus menguat. Kalau sudah tercipta penyakit seperti ini, tidak akan ada budaya kreatif mencipta yang bisa menghasilkan produk, tetapi segala sesuatu ingin serba instan dan mudah didapatkan.

Kalau saja tidak ada inovasi dan kreativitas tayangan televisi dalam menampilkan suguhan, penonton tidak akan terstimulasi. Daya imajinasi dan kreasinya tidak akan muncul. Maka, bisa dipastikan kita akan terkena dampak epigon, pengekor, dan mengikuti siapa saja yang lahir atau muncul lebih dulu. Fenomena ini sudah sangat kentara di belantara budaya, kebiasaan, dan interaksi di masyarakat Jawa Barat.

Televisi adalah teropong yang bisa melihat masa lalu dan memprediksi masa depan. Televisi juga menjadi media penampil second reality. Artinya, televisilah sang sutradara kehidupan manusia yang harus berbuat seperti apa. Kebebasan dan tidak adanya usaha menutupi kebebasan dalam penyiaran sudah harus dibarengi dengan budaya menonton tayangan yang menyehatkan, baik secara fisik maupun psikis. Sangat disayangkan kalau kehadiran televisi tidak memberikan kontribusi positif atas dinamika manusia. Televisi harus menyertai dan menjadi sumber inspirasi dalam aktivitas manusia yang membutuhkan akselerasi dan inovasi tiada henti.

Pengaturan jadwal menonton televisi merupakan keharusan. Sebab, televisi merupakan media yang unggul segala-galanya. Tidak hanya visual dan audio, kecepatan penyajiannya bisa memanjakan pemirsa. Ini berbeda dengan media cetak atau online yang mengharuskan kita membaca atau memahami pesan tekstualnya.

Televisi dari pagi sampai pagi lagi menampilkan sajian-sajian yang sudah terseleksi dan memiliki agenda matang. Hal itu akan membuat semua sajian menarik. Diperlukan kesadaran dan ketajaman dalam memilih mata acara. Terlebih, pemirsa harus tahu tayangan yang sehat dan kebutuhan utama dalam memilih jam tayang.

ENCEP DULWAHAB Dosen Ilmu Jurnalistik UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan Pengelola De Rumah Komunikasi

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com