SURABAYA, KOMPAS -
Dr Linardi SpS dari Stroke Center Siloam Hospitals Surabaya, Kamis (14/10) di Surabaya menjelaskan, pembunuh nomor satu manusia di dunia, termasuk Indonesia, adalah penyakit kardio vaskuler atau kelainan pembuluh darah. Bila gangguan pembuluh darah baik penyumbatan maupun perdarahan di otak, terjadi stroke.
Sayangnya, kata Linardi, tidak ada data jelas terkait penyakit stroke di Indonesia. Namun, di Amerika Serikat, setiap tahun terdapat 700 pasien stroke dimana 550 orang adalah
Masalahnya, saat ini penderita stroke cenderung semakin muda usianya. Dari tiga bulan terakhir di Siloam Hospitals Surabaya, kata Linardi, terdapat sekitar 4-5 pasien yang berusia di bawah 30 tahun.
Beberapa faktor risiko, antara lain ras, jenis kelamin, usia, dan faktor genetik. Seorang berkulit hitam lebih rentan terkena stroke. Demikian pula lelaki lebih rentan stroke ketimbang perempuan. Selain itu, gaya hidup yang mengonsumsi makanan berlemak, tidak olahraga, merokok, biasa minum minuman keras, dan menggunakan narkoba mempertinggi risiko stroke.
”Dari pasien berusia di bawah 30 tahun yang ditangani, penyebab stroke paling dominan adalah gaya hidup,” ujar Linardi dalam peluncuran Stroke Centre di Siloam Hospitals Surabaya kemarin.
Gaya hidup sehat
Karenanya, diperlukan gaya hidup sehat untuk mengurangi risiko stroke. Selain itu, kata dr Rekki Budiono, Manajer Unit Gawat Darurat Siloam Hospitals Surabaya, mengenali gejala serangan stroke sedini mungkin memperkecil kemungkinan akibat fatal seperti kematian atau cacat. Sebab, masa emas (golden period) sejak pertama serangan sampai ditangani hanya tiga jam.
Beberapa gejala yang bisa dilihat secara kasat mata antara lain berbicara pelat, tidak mengerti bahasanya sendiri, muka sekonyong-konyong cenderung ke satu arah, tidak bisa membuat tanda tangannya sendiri, atau kesemutan.
Ketika ada gejala seperti ini, segera bawa pasien ke rumah sakit. Salah satu rumah sakit yang menyediakan pusat penanganan pasien stroke secara terpadu adalah Siloam Hospitals Surabaya. Pusat stroke ini sudah beroperasi dua bulan.
Intervensi yang pertama diberikan, menurut dr Linardi, biasanya dengan suntikan rTPA intervena. Suntikan ini kadarnya masih kecil supaya tidak terjadi komplikasi. Bila sudah lebih dari 3 jam, dilakukan suntikan rTPA intraarterial supaya lebih cepat mengatasi penyumbatan darah.