Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim Tewaskan 21.000 Orang

Kompas.com - 30/11/2010, 12:52 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com — Bencana terkait iklim telah menewaskan 21.000 orang dalam sembilan bulan pertama tahun ini. Angka itu dua kali lipat daripada jumlah tahun 2009, demikian laporan organisasi kemanusiaan Oxfam, Senin (29/11/2010).

Laporan tersebut, yang dikeluarkan pada waktu yang bertepatan dengan awal pembicaraan internasional untuk mengatasi perubahan iklim di Cancun, Meksiko, menyebut banjir di Pakistan, kebakaran dan gelombang panas di Rusia, serta peningkatan permukaan air laut di negara pulau Tuvalu di Pasifik sebagai contoh konsekuensi-konsekuensi mematikan dari perubahan iklim.

Putaran baru pembicaraan iklim PBB itu akan menyetujui serangkaian terbatas masalah yang membagi ekonomi-ekonomi kaya dan miskin, khususnya dalam pendanaan, pengawetan hutan hujan tropis, dan persiapan bagi dunia yang memanas. Pembicaraan itu juga akan berusaha untuk menyusun sasaran-sasaran guna mengekang emisi gas rumah kaca.

Pembicaraan iklim tahun lalu di Kopenhagen berakhir dengan sebuah perjanjian global yang tidak mengikat, dan harapan-haraan pada pembicaraan tahun ini rendah. Para anggota parlemen Amerika Serikat tak mungkin akan mempertimbangkan perundangan untuk menciptakan sistem "cap-and-trade" guna mengekang emisi pemanasan global.

Oxfam mengemukakan laporannya sebagai bukti bahwa tindakan cepat diperlukan untuk meredakan dan beradaptasi dengan perubahan iklim. "Negara-negara sebaiknya mengidentifikasi cara-cara baru untuk mengumpulkan miliaran dollar yang dibutuhkan, seperti menarik pajak dari emisi penerbangan dan pelayaran internasional yang tak diatur dan menyepakati Pajak Transaksi Keuangan di bank-bank. Lebih cepat uang dikirim, akan lebih murah mengatasi perubahan iklim," kata Tim Gore, penulis laporan itu, dalam satu pernyataan.

Kejadian-kejadian pada tahun 2010 sejalan dengan harapan-harapan yang terinci dalam laporan 2007 oleh Panel Antarpemerintah PBB mengenai Perubahan Iklim, yang menyebutkan gelombang panas lebih berat, kebakaran hutan, banjir, dan meningkatnya permukaan laut adalah mungkin.

Oxfam mengatakan, banjir di Pakistan telah menggenangi sekitar seperlima negara itu, menewaskan 2.000 orang dan berdampak terhadap 20 juta orang, menyebarkan penyakit serta menghancurkan rumah, tanaman, jalan dan sekolah, dengan kerusakan kira-kira senilai 9,7 miliar dollar AS.

Di Rusia, Oxfam mengatakan, suhu udara  melampaui rata-rata jangka panjang dengan 14 derajat fahrenheit (7,8 derajat celsius) pada Juli dan Agustus, dan angka kematian harian di Moskowa dua kali lipat menjadi 700. Sekitar 26.000 kebakaran hutan menghancurkan 26 persen tanaman terigu, yang mendorong larangan terhadap ekspor.

Warga Tuvalu yang terletak dataran rendah, tempat laut naik dengan sekitar 0,2 inci (5 hingga 6 mm) setiap tahun, terbukti sulit untuk meningkatkan panen bahan pokok karena air garam merembes ke ladang-ladang pertanian, kata Oxfam. Sebagai akibatnya, mereka lebih mengandalkan masakan-makanan impor yang telah diproses, demikian menurut laporan tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com