Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tembakau, antara Harapan dan Kepedihan

Kompas.com - 16/12/2010, 08:01 WIB

KOMPAS.com — Tembakau adalah ikon Temanggung. Bukan hanya karena menjadi gantungan hidup banyak warga, melainkan juga karena kualitas tembakau di daerah ini konon terbaik di Indonesia. Tembakau memang menopang kesejahteraan. Namun, sesungguhnya tembakau juga menjadi bagian kisah sedih bagi petani wilayah ini.

Nurtantiyo Wisnubrata, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Temanggung, mengungkapkan, saat ini ada sekitar 47.500 keluarga di Temanggung yang menjadi petani tembakau. Jika satu keluarga rata-rata terdiri atas 5 orang, maka ada 237.500 jiwa yang bergantung pada tembakau atau 33,5 persen dari total jumlah penduduk Temanggung sebanyak 708.109 jiwa (2010).

Jumlah itu belum termasuk buruh penggarap sawah, buruh petik, buruh rajang, buruh angkut, hingga pedagang tembakau. ”Kami perkirakan 70 persen warga Temanggung bergantung pada tembakau,” ujar dia.

Luasan tanaman dari tahun ke tahun pun cenderung naik. Tahun 2007, luasan lahan tembakau 11.750 hektar, tahun 2008 (12.500 hektar), 2009 (13.581 hektar), dan tahun 2010 seluas 14.500 hektar. Dengan rata-rata produktivitas antara 800 kilogram dan 1.000 kilogram tembakau kering, total produksi tembakau di wilayah ini antara 11.600 ton dan 14.000 ton tembakau kering.

Meskipun Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pengamanan Produk Tembakau sebagai Zat Adiktif kian membatasi ruang gerak industri rokok, permintaan terhadap tembakau Temanggung justru kian meningkat dari industri-industri rokok di Tanah Air.

Untuk tahun 2010 saja, kuota pembelian tembakau Temanggung dari tiga perusahaan rokok besar mencapai 17.500 ton, terdiri dari PT Gudang Garam mengajukan kuota pembelian sebanyak 8.500 ton, PT Djarum (4.500 ton), dan PT Bentoel (4.500 ton). Itu belum termasuk permintaan dari pabrik-pabrik rokok yang kecil, yang lebih besar dari tahun 2009.

Ketimpangan antara permintaan dan jumlah produksi tembakau petani itu untuk tahun 2010 kian tajam, mengingat cuaca buruk yang terjadi sepanjang tahun. Curah hujan tinggi pada 2010 ini diperkirakan menurunkan produksi tembakau di Temanggung hingga 40 persen.

Akibatnya, harga tembakau pun melonjak. Menurut Mujiyono (52), salah satu pedagang tembakau di Parakan, saat ini harga tembakau Temanggung kelas D (bagus) menembus Rp 80.000 per kilogram atau naik dibanding 2009 yang senilai Rp 60.000. Adapun kategori sedang berkisar Rp 50.000-Rp 60.000 per kilogram, sementara kualitas bawah Rp 20.000-Rp 40.000 per kilogram.

Namun, berbagai indikasi positif dalam bisnis tembakau itu adalah, apakah hal ini tecermin dari kemakmuran petaninya?

Pada tahun 1970-an hingga pertengahan 1990-an, menurut Mujiyono, petani tembakau Temanggung memang pernah berjaya. Dengan rasanya yang enak, tembakau Temanggung diincar banyak perusahaan rokok. ”Banyak orang yang kemudian kaya karena menanam tembakau saat itu,” ujar Mujiyono.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com