Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Kista Mengerami Indung Telur

Kompas.com - 21/12/2010, 09:44 WIB

Kista cokelat terjadi karena lapisan dalam rahim yang biasanya terlepas sewaktu haid melekat pada dinding luar indung telur. Akibatnya, akan terjadi penumpukan darah haid secara terus-menerus. Inilah yang menimbulkan kista cokelat. "Kista ini menimbulkan rasa sakit saat haid atau berhubungan seks," papar Mulyadi.

Adapun kista denoma berasal dari pembungkus indung telur yang tumbuh menjadi kista. Kista ini dapat menyerang indung telur kanan dan kiri, serta menyebabkan inkontinensia. "Kista ini mudah menjadi ganas pada usia di atas 45 tahun atau kurang dari 20 tahun," ujar Mulyadi.

Bisa tumbuh di organ tubuh lain

Penyakit kista tidak hanya tumbuh di ovarium atau indung telur wanita, tetapi juga dapat tumbuh di paru-paru, usus, dan bahkan di otak. Kista juga dapat tumbuh di vagina dan di daerah vulva (bagian luar alat kelamin wanita). Kista yang tumbuh di daerah vagina, antara lain inklusi, duktus gartner, endometriosis, dan adenosis. Adapun kista yang tumbuh di daerah vulva, antara lain pada kelenjar bartolini, kelenjar sebasea, serta inklusi epidermal.

Berbeda dengan kista yang ada di organ tubuh lainnya, kista di ovarium atau indung telur bisa hilang dengan sendirinya. Berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi dua, yaitu non-neoplastik dan neoplastik.

Kista non-neoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis sendiri setelah 2-3 bulan. Sementara kista neoplastik umumnya harus dioperasi, tetapi tergantung dari ukuran dan sifatnya.

Kista ovarium dapat mengganggu proses reproduksi untuk terjadinya kehamilan. Apabila terjadi kehamilan, tumor ini juga dapat mengganggu kehamilan, misalnya keguguran atau menghalangi bayi untuk lahir normal.

Sejak zaman penjajahan

Rekam jejak atau historikal kaum perempuan di Indonesia yang pernah menderita gangguan kista telah tercatat sejak zaman penjajahan Belanda. Berdasarkan catatan Eerland dan Vos tahun 1935, frekuensi penderita kista ovarium jenis dermoid mencapai sebesar 3,8% dari 451 tumor ovarium yang diperiksa di Nederlands-Indisch Kanker Instituut di Bandung, Jawa Barat. "Salah satunya kasus pernah terjadi pada gadis umur 13 tahun," ungkap Mulyadi, mengutip catatan tersebut.

Martin Walean, dokter kandungan Rumah Sakit Permata Bunda, Jakarta, menjelaskan, kini kecenderungan perempuan di Indonesia yang mengidap kista semakin bertambah. "Ini karena mereka jarang memeriksakan atau sekadar mengontrol dirinya ke dokter ahli kandungan," katanya.

Padahal, kendati penyakit kista termasuk penyakit jinak, penyakit ini memiliki potensi untuk menjadi penyakit ganas. Dan, apabila sudah menjadi seperti itu, harus ditangani secara serius. Sekalipun belum ganas, kista jika terpelintir juga akan mengakibatkan rasa sakit yang sangat perih.
(Dikky Setiawan/Raymond Reynaldi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com