Prosedurnya hanya dilakukan hanya pada satu siklus haid saja dan tidak atau sedikit sekali memerlukan pengobatan hormon. Obat hormonal bisa saja diberikan dengan tiga kali penyuntikan dengan dosis yang sangat kecil atau bahkan tanpa pemberian obat sama sekali.
Kemudian pengambilan sel telur dilakukan dari folikel-folikel kecil dengan diameter kurang dari 10 mm, lalu sel telur imatur ini dimatangkan hingga 24-48 jam dalam medium biakan khusus dilaboratorium.
Selanjutnya sel telur yang matang dibuahi dengan sperma suami dengan teknik ICSI (intracytoplasmic sperm injection) yaitu dengan menyuntikkan 1 sperma kedalam sel telur. Transfer embrio dilakukan dengan memindahkan 2 atau 3 embrio pada hari ke2 atau 3 setelah prosedur ICSI. Terjadinya kehamilan dapat diketahui 2 minggu setelah transfer embrio.
Tujuan teknik IVM
Beberapa kelebihan dari IVM adalah cara dan lama pengobatan lebih sederhana dan singkat. Pasien tidak/sedikit sekali memerlukan pemberian obat hormon. Dengan demikian, biaya akan menjadi jauh lebih murah, pasien akan merasa lebih nyaman dan dapat terhindar efek samping yang dapat terjadi akibat pemberian hormon seperti : bertambahnya berat badan, perut kembung, nyeri payudara, mual, gangguan emosi, dan yang paling penting adalah menghindarkan terjadinya sindroma hiperstimulasi ovarium (SHO) yaitu respons ovarium yang berlebihan yang dapat berakibat fatal akibat pemberian hormon.
Oleh karena itu IVM sangat bermanfaat pada pasien-pasien dengan ovarium polikistik/sindroma ovarium polikistik/sindrom ovarium polikistik yang mempunyai risiko tinggi terjadinya SHO.
Saat ini teknik IVM juga banyak dilakukan untuk pasien-pasien usia muda (kurang dari 35 tahun) dimana jumlah folikel cukup banyak. IVM juga dilaporkan dapat menolong pasien-pasien yang berulang kali gagal dengan teknik bayi tabung yang biasa dilakukan.
Biaya IVM saat ini mencapai kisaran Rp 30 juta sampai Rp 40 juta. Jika dibandingkan IVF biasa yang mencapai kisaran Rp 50 jutaan, tentunya tentunya IVM dapat dijadikan pertimbangan secara finansial.
Perkembangan teknik IVM di Indonesia
Keberhasilan bayi tabung dengan teknik IVM di Indonesia pertama kali dilaporkan oleh tim Family Fertility Center, RSIA Family Jakarta pada tahun 2009. Sampai saat ini tim FFC yang terdiri dari : dr Yuslam SpOG, dr Hadi SpOG, dr Malvin SpOG, Prof Soegiharto SpOG , dr Dianing dan dr Muchsin spPK telah melakukan protokol sebanyak 29 siklus dan menghasilkan 8 kehamilan dari 24 program dan 3 bayi telah dilahirkan.