Klien
Sejak SMP, Soemekto (75) memiliki masalah pribadi yang membuat prestasinya di sekolah menurun tajam. Persoalannya, dia tidak tahu apa sebenarnya persoalan pribadinya itu. Namun, orang bilang dia terlalu sensitif. ”Kalau ada persoalan, saya pikirin terus. Tapi tidak ketemu jalan keluarnya sehingga saya depresi, takut bertemu guru,” ujarnya.
Sementara itu, orangtuanya tidak mengerti persoalannya. Mereka tetap menuntut prestasi di sekolah. Ini menambah Soemekto tertekan. ”Saya tahu saya tidak bodoh, tapi kok prestasi saya malah turun terus.”
Akibat depresi, Soemekto akhirnya jatuh sakit. Paru-parunya terganggu beberapa bulan menjelang ujian SMA berlangsung. Sialnya, dia harus dirawat enam bulan di sebuah rumah sakit di Magelang, Jawa Tengah, sehingga kesempatan mengikuti ujian terlepas begitu saja.
Selain mendapat perawatan medis, dia juga mendapat bimbingan psikologis. Setelah dua tahun dirawat, Soemekto keluar rumah sakit dalam keadaan segar. Dia belajar lagi dan ikut ujian SMA. ”Saya lulus dengan nilai baik. Itulah awal kebangkitan dalam hidup saya. Meski begitu, saya tetap bertanya-tanya, akar persoalan yang saya hadapi semasa remaja itu sebenarnya apa?”
Setahun yang lalu, dia bertemu dengan para pegiat hipnoterapi. Dia pun mencoba mempelajari hipnoterapi. Hasilnya bagus sekali, ”Saya bisa mengendalikan diri dan emosi.”
Susie (37), perempuan cantik, bekerja di sebuah agen asuransi yang mengharuskan dia bertemu banyak orang untuk menawarkan produk asuransi. Persoalannya, dia merasa sangat tidak percaya diri. ”Mau telepon klien saja takut, bagaimana mau menawarkan asuransi. Selain itu, kalau ada masalah, saya gampang sekali emosi,” ujarnya.
Temannya kemudian menyarankan Sese untuk mengatasi masalahnya dengan hipnoterapi. Selanjutnya, Sese serius belajar hipnoterapi di Bintaro, Tangerang. ”Sekarang saya sudah di tingkat advance. Saya bisa menghipnotis diri sendiri dan orang lain,” ujar Sese yang menghabiskan uang Rp 5 juta untuk belajar hipnoterapi.
Setelah mempelajari hipnoterapi, Sese merasa lebih percaya diri. Dia bisa memotivasi diri sendiri, membongkar persoalannya, dan membuangnya jauh-jauh. ”Saya sampai tidak percaya, kok bisa menghipnotis orang,” ujarnya.
Tahun lalu, Sutjipto (61) terkena stroke yang membuat tubuh bagian kanannya lumpuh. Sejak saat itu, dia bolak-balik ke dokter dan menjalani opname dua kali. ”Uang ratusan juta saya habiskan untuk pengobatan, tapi yang bayar kantor,” ujar pegawai di lingkungan Gelora Bung Karno itu.