Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Gizi Buruk di Manokwari Tinggi

Kompas.com - 01/04/2011, 10:10 WIB

Manokwari, Kompas - Sekitar 10 persen anak balita di Manokwari, Papua Barat, mengalami gizi buruk. Selain rendahnya pengetahuan masyarakat tentang gizi ibu hamil dan anak balita, juga terbatasnya ahli gizi.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Manokwari Henri Sembiring, Kamis (31/3), tahun 2010 tercatat 214 dari 2.270 bayi dan anak balita yang ditimbang di posyandu dan puskesmas menderita gizi buruk. Diperkirakan, jumlah sebenarnya lebih besar, sekitar 500 kasus, karena ada 3.039 bayi dan anak balita yang tidak dibawa untuk ditimbang berat badan.

Tahun lalu, dua anak balita meninggal akibat gizi buruk. Padahal, mereka tinggal dekat Manokwari. Bahkan, empat bayi dan anak balita dari masyarakat berpenghasilan tinggi kena gizi buruk.

Penyebab gizi buruk di Manokwari, pertama, rendahnya kesadaran orangtua memberikan asupan gizi yang cukup. Mereka lebih mementingkan menyimpan uang untuk investasi. ”Kami pernah membagikan telur untuk anak balita di Sanggeng, tetapi yang makan bapaknya,” ujar Henri.

Kedua, terbatasnya puskesmas, posyandu, kader posyandu, juga ahli gizi di tiap kecamatan. Dari 22 puskesmas di Manokwari, hanya 16 berjalan baik. Posyandunya hanya 80 persen dari 270 unit yang aktif.

Ketiga, ketahanan dan ketersediaan pangan. Menurut Kepala Seksi Gizi Dinkes Manokwari Mambrasar Nataniel, sumber makanan di Papua berlimpah, tetapi warga belum bisa mengolah. ”Umumnya anak balita kekurangan sumber protein,” kata Mambrasar. Bayi dan anak balita yang menderita gizi buruk banyak di daerah pedalaman, seperti Anggi dan Dataran Izim. (THT)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com