Oleh Samuel Oktora
Janganlah kita memandang enteng/ Malaria sangat berbahaya/ Menyebabkan anemia berat/ Ibu hamil dan anak meninggal/ Malaria melumpuhkan otak/ Merusak limpa lever dan ginjal/ Hilang pula kesadaran/ Menyebabkan kematian....
Trix sesungguhnya bukan penyanyi ataupun pencipta lagu. Kegiatannya sekitar enam tahun ini lebih fokus pada gerakan memberantas malaria di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Dengan mencermati lirik lagunya, orang tahu ancaman malaria di wilayah itu.
Perempuan bernama lengkap Maria Mediatrix Mali ini adalah sulung dari delapan bersaudara anak pasangan Wenseslaus Mali dan Bibiana Lawi. Ia tak pernah berpikir menjadi aktivis lingkungan.
Sebelumnya, ia menjadi guru di Jakarta. Orangtuanya pun pensiunan guru di Ende.
”Saya menciptakan lagu itu berirama poco-poco supaya menarik perhatian masyarakat. Sebelum hari-H sosialisasi, sewaktu pengumuman disebarluaskan dengan mobil keliling, lagu itu diputar. Sebelum acara dimulai pun orang datang berbondong-bondong karena mau berjoget dulu diiringi lagu ini,” kata Trix yang mengaku menciptakan lagu itu sebagai sarana sosialisasi.
Perjalanan Trix bergelut dalam gerakan pemberantasan malaria berawal saat diminta Pater Heinrich
LSM ini bergerak di bidang pengembangan sumber daya manusia (SDM). Programnya, antara lain, pemberdayaan ekonomi, perkoperasian, kesehatan, pengasuhan anak yatim, air bersih, lingkungan hidup, dan membuka lembaga pembelaan hukum. Ia bergabung dengan LSM Yaspem pada 1999 sebagai manajer program. Tahun 2000, ia menjadi direktris.
”Awal keterlibatan saya dengan malaria dimulai pada 2004 saat