Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Timur Kekurangan Dokter Gigi

Kompas.com - 13/09/2011, 05:12 WIB

BANDUNG, KOMPAS - Tenaga kesehatan gigi di Indonesia masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Akibatnya, pelayanan kesehatan gigi untuk Indonesia timur kurang diperhatikan.

Demikian data Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia yang disampaikan ketuanya, Eky S Soeria Soemantri, di Bandung, Senin (12/9). Hampir 70 persen dari 17.000 dokter gigi yang terdaftar pada Desember 2010 masih di Pulau Jawa. Bahkan, 90 persen dokter gigi spesialis berada di Jawa.

”Salah satu penyebabnya adalah keengganan dokter gigi bertugas di luar Jawa,” kata Eky.

Kondisi tersebut diperparah dengan keterbatasan sarana pendidikan tenaga kesehatan gigi. Universitas yang membuka fakultas kedokteran gigi terkonsentrasi di Jawa. Di Indonesia timur baru ada di Manado, Makassar, dan Denpasar. Upaya pemerintah menambah fakultas kedokteran gigi dari 14 menjadi 26 kebanyakan masih di Jawa.

Akibatnya, layanan kesehatan bagi masyarakat lebih banyak mengandalkan perawat gigi di puskesmas yang kompetensinya berbeda dengan dokter gigi. Rasio dokter dengan masyarakat tidak seimbang. Di Provinsi Papua Barat hanya ada 40 dokter gigi.

Eky meminta pemerintah merancang insentif bagi dokter gigi yang bertugas di sana dengan pemberian fasilitas dan gaji. Hal itu juga harus dibarengi dengan fasilitas yang mencukupi, misalnya listrik untuk peralatan gigi.

Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Bambang Giyatno, mengatakan, dari 8.000 puskesmas di Indonesia, hanya 15-20 persen yang memiliki dokter gigi.

”Kami berupaya menambah tenaga kesehatan gigi, salah satunya dengan menambah fakultas kedokteran gigi menjadi 26 agar tahun 2014 rasionya menjadi satu dokter untuk dua puskesmas,” kata Bambang.

Layanan kesehatan gigi untuk daerah terpencil tidak hanya soal orang, demikian Bambang. Dokter gigi juga kesulitan bekerja bila puskesmas tidak memiliki fasilitas listrik yang memadai. Untuk itu, dibutuhkan peran serta pemerintah daerah.

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, sebanyak 75 persen gigi masyarakat Indonesia mengalami karies (karang) dengan tingkat keparahan 5 gigi per orang. Dari jumlah itu, 23 persen orang sadar giginya bermasalah.

Zaura Rini Anggraeni, Ketua Persatuan Dokter Gigi Indonesia, mengungkapkan, masih banyak orang yang belum memahami cara menyikat gigi yang baik dan pada waktu yang tepat. Malam hari sebelum tidur adalah saat paling tepat untuk menggosok gigi demi menghindarkan bakteri dari sisa makanan yang dapat merusak lapisan email gigi dan menyebabkan infeksi.

”Gigi yang terinfeksi bisa menyebabkan masalah di jantung dan lambung,” kata Zaura.

Kondisi ini diperparah dengan rendahnya kemauan warga memeriksakan gigi. Seharusnya enam bulan hingga setahun sekali gigi harus diperiksakan agar diketahui secara dini bila ada gigi bermasalah. Zaura menyatakan, bila penderita baru ke dokter saat muncul masalah, biaya yang dikeluarkan bisa jauh lebih besar.

Untuk itu, Kementerian Kesehatan menggelar Bulan Kesehatan Gigi Nasional dengan menggelar pelayanan gigi gratis di 14 rumah sakit gigi dan mulut di Indonesia. (eld)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com