Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manggis, Si Ratu Buah Tropis

Kompas.com - 16/10/2011, 03:06 WIB

”Durian-durian unik ini rasanya juga lezat lho,” kata Reza. Jenis buah yang dikembangkan dan dikoleksi Mekarsari ini sudah didaftarkan ke Kementerian Pertanian dan mendapat izin pelepasan varietas atau bisa diproduksi bibitnya.

Buah asli lain dari Indonesia yang juga tak kalah banyak jenisnya adalah rambutan. Mekarsari mencatat dan memiliki setidaknya 21 jenis rambutan, seperti rambutan binjai, lebak bulus, rapiah, hingga rambutan aceh.

”Plasma nutfah di Indonesia luar biasa. Kita tidak perlu repot-repot melakukan rekayasa. Tinggal mencari ke dalam hutan, bibitkan, tanam ramai-ramai,” kata Reza.

Ia mengingatkan, ”pencurian” varietas tanaman yang ada di suatu kawasan—atau negara—sangat sulit dicegah. Satu-satunya yang paling mungkin dilakukan untuk ”menyelamatkan” adalah mengembangkan sebanyak mungkin, tidak membiarkannya punah di negeri sendiri.

Tuan di negeri buah

Hal itu pula yang telah dilakukan Nanang Koswara (38), petani manggis asal Kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Manggis dari kebunnya seluas 6,8 hektar itu sudah diekspor sampai ke China dan Uni Emirat Arab. Tak lama lagi, pasar manggis dari kebun Nanang dan petani lain di desanya akan mencapai Australia.

Data Kementerian Pertanian menunjukkan, pada 2010 lalu, produksi buah lokal Indonesia mencapai 19,1 juta ton, hanya 276.000 ton di antaranya yang diekspor. Ekspor utama buah Indonesia adalah manggis, nanas, mangga, dan rambutan.

Sementara itu, impor buah ke Indonesia pada 2010 tercatat 667.000 ton atau hanya 4 persen dari produksi nasional. Namun, melihat banyak dan luasnya peredaran buah impor, sejumlah kalangan meragukan data itu. ”Saya termasuk yang meragukan kebenaran data itu,” ujar Ketua Dewan Hortikultura Nasional Benny A Kusbini.

Masih panjang jalan untuk membuat buah-buahan Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Toh, jalan itu mesti ditempuh.

Sekjen Dewan Hortikultura Nasional Karen Tambayong mengingatkan, terkait pola makan masyarakat Indonesia misalnya, konsumsi buah dan sayur masih jauh di bawah patokan yang disarankan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO). Konsumsi buah di Indonesia hanya 32,67 kilogram per kapita per tahun, separuh dari ketentuan FAO sebesar 65,75 kg per kapita per tahun. Karena itu, diperlukan diversifikasi makanan yang lebih kaya buah dan sayur.

Di sisi lain, kita juga belum terbiasa dengan gagasan untuk tampil indah sekaligus produktif. Kata Karen, ”Lihat di Singapura, pohon sukun untuk pembatas jalan, ubi dan singkong juga bisa untuk tanaman dekorasi.” (Yulia Sapthiani/Nur Hidayati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com