Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ikan Tinggi Protein yang Unik

Kompas.com - 28/04/2012, 04:10 WIB

Ikan sidat tidak akrab dengan lidah orang Indonesia. Namun, di Jepang, Eropa, dan Amerika, ikan berbentuk mirip belut ini menjadi makanan favorit.

Selain mengandung protein tinggi, 70 persen, dari berbagai literatur diperoleh informasi, ikan sidat mengandung vitamin A sebesar 4.700 IU/100 gram serta dua asam lemak omega 3, yakni asam dokosaheksaenoat (DHA) 1.337 mg/100 gram, dan asam eikosapentaenoat (EPA) 742 mg/100 gram.

Di Indonesia, konsumsi lokal masih terbatas. Umumnya digunakan sebagai obat kuat.

Indonesia punya potensi tinggi karena dari 18 spesies ikan sidat di dunia, delapan spesies ditemukan di perairan Indonesia. Tiga di antaranya bersifat endemik, hanya ditemukan di perairan Indonesia, yakni jenis Anguilla bicolor bicolor, Anguilla celebensis, dan Anguilla borneoensis. Harga ikan ini cukup mahal jika diekspor ke luar negeri.

Ikan sidat memiliki perilaku dan siklus hidup yang unik. Dosen Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Solo, Agung Budiharjo, yang meneliti ikan ini selama bertahun-tahun, mengatakan, ikan ini dilahirkan di laut dalam, 200-600 meter di bawah permukaan laut. Tidak lama induk akan mati karena sidat adalah ikan air tawar. Sedangkan anak sidat yang masih dalam bentuk larva (Leptocephalus), akan hanyut mengikuti air laut.

Saat menemukan air tawar di muara sungai, anak sidat mulai masuk aliran sungai. Proses dari laut dalam hingga menemukan muara sungai butuh 2-6 bulan. ”Tidak semua sungai dimasuki, kebanyakan yang besar saja,” kata Agung, awal April. Ia banyak meneliti ikan sidat di Sungai Progo, Yogyakarta.

Anak sidat yang berbentuk gepeng bermetamorfosis menjadi glass eel yang berbentuk silindris seperti sidat dewasa, tetapi tubuhnya masih transparan. Glass eel akan menjadi sidat dewasa dalam tujuh bulan sambil terus bermigrasi menentang arus sungai menuju hulu. Usia sidat 20-35 tahun untuk jenis Anguilla bicolor bicolor dan 40 tahun untuk jenis Anguilla marmorata.

”Saya menghitung batu telinga atau otolith sidat untuk menentukan usianya. Otolith semacam lingkaran tahun pada pohon,” kata Agung yang meneliti sidat tahun 2006-2009 untuk disertasinya.

Menjelang masa reproduksi, sidat akan kembali ke laut, tempat ia dilahirkan. Dari muara hingga ke laut dalam, sidat butuh dua bulan. Setelah melahirkan di laut dalam, induk sidat akan mati.

”Untuk budidaya sidat, yang kita tangkap adalah larvanya. Ikan ini hanya keluar pada malam hari saat tidak ada sinar bulan karena tidak suka cahaya,” kata Agung.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com