Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Keberhasilan Anak Autistik

Kompas.com - 30/04/2012, 09:32 WIB

”Anak autistik tak bisa mendengar suara berisik, seperti di pesawat terbang. Di sinilah diperlukan penanganan yang berbeda. Kami juga mengajukan program serupa untuk beberapa penerbangan dalam negeri,” ujarnya.

Bentuk sosialisasi lain yang dia lakukan adalah London School Centre for Autism Awareness. Prita meminta anak didiknya di Jurusan Performing Arts Communication LSPR membuat film tentang anak autistik. Film berjudul Adikku Berbeda ini diambil dari buku My Brother is Different yang ditulis Dr Sung Min, psikiatri asal Singapura. Naskah film Adikku Berbeda ditulis Arswendo Atmowiloto.

Informasi seputar autisme juga bisa didapatkan lewat situs web www.lspr.edu/csr/autismawareness, dan buletin autisme yang diberikan kepada klinik tumbuh kembang di beberapa daerah.

Tak hanya informasi bagi orangtua untuk menangani anak autistik, Centre of Autism Awareness juga memberikan informasi untuk saudara kandung anak berkebutuhan khusus.

”Jangan melupakan saudara kandung anak berkebutuhan khusus. Mereka juga menderita, harus mengalah. Karena itu, kami mengadakan program sibling support group, seperti seminar atau sharing,” katanya.

Perubahan aturan

Prita juga mengusulkan perubahan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 10 Tahun 2011 tentang Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus. Dalam PP itu, definisi anak adalah orang yang belum berusia 18 tahun. Padahal, menurut Prita, sebaiknya anak berkebutuhan khusus tak dibatasi usia.

”Untuk mereka yang umurnya 30 tahun pun pasti masih membutuhkan perlindungan bila mengalami autistik,” ujarnya.

Centre of Autism Awareness dan usulan perubahan PP itu baru langkah kecil untuk mewujudkan mimpinya bagi anak autistik. Ia berangan-angan, kelak anak autistik bisa mandiri saat bakatnya diketahui serta mengenal dan mengetahui tentang dirinya.

Dengan demikian, anak autistik tak selamanya menjadi beban. Mereka bisa bermanfaat bila diberdayakan. Misalnya memberi mereka pekerjaan dan perusahaan itu pun mempunyai mentor dan sarananya. ”Keberhasilan anak autistik itu saat dia tidak lagi dipandang autistik,” ujar Prita.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau