Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/08/2012, 11:46 WIB

KOMPAS.com - Pada pukul 07.30 malam, di bulan Januari, Michelle Scoffings mendapati putri kecilnya Erica (3) tidur dalam keadaan suhu badannya normal dan tampak baik-baik saja. Sebelumnya, Erica mengeluh badannya tidak enak. Tepat sebelum tengah malam, Erica bangun dan meminta minum. Saat itu, Michelle melihat sekujur tubuh anaknya penuh bercak berwarna ungu dan suhu tubuhnya tinggi.

Ia dan suaminya, Michael, segera mengambil kaca bening lalu menempelkannya di kulit Erica. Cara ini adalah salah satu tes untuk mengetahui penyakit meningitis pada anak. Di bawah kaca bening yang ditekan, ruam di kulit putrinya tidak memudar.

Menigitis adalah peradangan pada membran (meninges) di sekitar otak dan tulang belakang, biasanya infeksi penyakit ini menyebar. Pembengkakan yang terkait dengan meningitis sering memicu tanda dan gejala dari kondisi ini, antara lain sakit kepala, demam dan leher kaku pada siapapun yang berusia 2 tahun ke atas.

Banyak kasus meningitis disebabkan oleh infeksi virus, tetapi infeksi bakteri dan jamur juga dapat menyebabkan meningitis. Berdasarkan penyebab infeksi, meningitis dapat hilang dengan sendirinya dalam dua minggu ataupun dapat menjadi kondisi darurat yang mengancam jiwa.

Tak mau menunggu lama, pasangan asal Chesterfield, Inggris ini membawa Erica ke rumah sakit. Dokter mendiagnosis putri mereka terinfeksi bakteri Meningokokus dan septikemia, suatu bentuk keracunan darah. Dokter bilang anak ini hanya punya waktu sekitar tiga jam bertahan hidup.

"Saat itu tidak menelepon dan menunggu ambulans adalah hal yang terbaik. Anda harus cepat pergi ke rumah sakit, karena terlambat 10 menit saja, hasilnya akan berbeda," cerita Michelle.

Kedua kaki Erica menghitam, ia pun ditempatkan di ruang ICU dengan seluruh badan diperban. Malam itu, Erica dipindahkan ke Rumah Sakit Chesterfield Royal ke bagian perawatan intensif khusus anak-anak. Akibat septikemia, kaki Erica menghitam sampai tulangnya terlihat.

"Semuanya terjadi begitu cepat, saat seperti itu kita tidak punya waktu untuk berpikir lama. Saya sangat takut karena tak ada yang bisa saya lakukan. Setiap kali seseorang menyentuhnya, Erica pun menjerit," ujarnya.

"Erica menjerit sepanjang waktu. Saya syok saat dokter bedah mengatakan kedua kaki Erica kemungkinan diamputasi," imbuhnya.

Putrinya ini kemudian dipindahkan juga ke unit spesialis luka bakar. Tubuh Erica seperti terkena luka bakar dan ia menjalani cangkok kulit. Gadis mungil ini tidak jadi diamputasi, sebuah terapi mendorong jaringan sehingga menutupi tulang.

Erica dirawat selama dua minggu di rumah sakit dan sejak saat itu telah kembali selama tiga kali untuk operasi cangkok kulit. Namun, tak kurang dari delapan bulan setelah serangan Meningitis, Erica akan kembali berjalan bulan depan meskipun masih menggunakan penyangga

Melihat kenyataan Meningitis menyerang anak-anak secara mendadak, Michelle membukukan pengalamannya tentang penyakit Erica dalam sebuah buku harian. Dia berharap lewat buku hariannya ini, publik lebih sadar dan peduli tentang bagaimana cepatnya penyakit meningitis  menyerang anak-anak di atas dua tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau