Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memahami Tradisi Mudik

Kompas.com - 26/08/2012, 03:18 WIB

Setiap tahun, jutaan orang terlibat dalam tradisi mudik untuk merayakan hari Lebaran di kampung halaman. Berbagai moda transportasi umum digunakan, mulai dari bus, kereta api, kapal laut, pesawat, hingga sepeda motor.

Sebuah tradisi yang begitu mengakar di masyarakat. Mudik adalah tradisi yang menyertai Idul Fitri. Mudik sebenarnya adalah bentuk kebutuhan psikologis, di mana timbulnya dorongan keinginan dan kerinduan yang kuat untuk pulang menapak tilas tempat lahir serta tempat yang menyimpan memori dan masa tumbuh kembang sebagai anak-anak hingga dewasa.

Ini merupakan kerinduan psikologis-primordial. Di Indonesia, momentum Lebaran dan mudik didukung oleh pembenaran teologis untuk menyampaikan bakti dan permohonan maaf kepada handai tolan, khususnya orangtua dan sanak saudara.

Dipandang dari dimensi sosial yang lain, fenomena mudik juga bisa menjadi sebuah indikator ketergantungan desa pada kota. Status sosial menengah ke bawah di desa tidak mungkin dapat menaiki tangga sosial langsung ke lapisan elite lokal. Mengadu nasib ke kota merupakan salah satu jalan yang ditempuh agar mobilitas sosial dapat melalui ”jalan tol” untuk naik tangga sosial.

Jadi, kerusakan jalan di jalur mudik, kemacetan, bahkan kecelakaan menewaskan ratusan orang yang setiap tahun menyita perhatian semestinya tidak perlu terjadi jika pemerintah memahami pentingnya mudik.

Sebelum pemudik berdatangan, pemerintah di daerah juga perlu tahu berapa banyak anak di kampung itu tidak bisa sekolah atau lulus sekolah tetapi belum bekerja. Mudik bisa dikelola sebagai ajang mengumpulkan ide dan kekuatan materi untuk mengatasi berbagai problem akibat kemiskinan struktural.

Semoga mudik tahun ini akan penuh dengan kisah sarat makna yang akan membangun pribadi kita menjadi lebih matang dari sebelumnya. (OTW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com