Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024

Memahami Tradisi Mudik

Kompas.com - 26/08/2012, 03:18 WIB
Editor

Setiap tahun, jutaan orang terlibat dalam tradisi mudik untuk merayakan hari Lebaran di kampung halaman. Berbagai moda transportasi umum digunakan, mulai dari bus, kereta api, kapal laut, pesawat, hingga sepeda motor.

Sebuah tradisi yang begitu mengakar di masyarakat. Mudik adalah tradisi yang menyertai Idul Fitri. Mudik sebenarnya adalah bentuk kebutuhan psikologis, di mana timbulnya dorongan keinginan dan kerinduan yang kuat untuk pulang menapak tilas tempat lahir serta tempat yang menyimpan memori dan masa tumbuh kembang sebagai anak-anak hingga dewasa.

Ini merupakan kerinduan psikologis-primordial. Di Indonesia, momentum Lebaran dan mudik didukung oleh pembenaran teologis untuk menyampaikan bakti dan permohonan maaf kepada handai tolan, khususnya orangtua dan sanak saudara.

Dipandang dari dimensi sosial yang lain, fenomena mudik juga bisa menjadi sebuah indikator ketergantungan desa pada kota. Status sosial menengah ke bawah di desa tidak mungkin dapat menaiki tangga sosial langsung ke lapisan elite lokal. Mengadu nasib ke kota merupakan salah satu jalan yang ditempuh agar mobilitas sosial dapat melalui ”jalan tol” untuk naik tangga sosial.

Jadi, kerusakan jalan di jalur mudik, kemacetan, bahkan kecelakaan menewaskan ratusan orang yang setiap tahun menyita perhatian semestinya tidak perlu terjadi jika pemerintah memahami pentingnya mudik.

Sebelum pemudik berdatangan, pemerintah di daerah juga perlu tahu berapa banyak anak di kampung itu tidak bisa sekolah atau lulus sekolah tetapi belum bekerja. Mudik bisa dikelola sebagai ajang mengumpulkan ide dan kekuatan materi untuk mengatasi berbagai problem akibat kemiskinan struktural.

Semoga mudik tahun ini akan penuh dengan kisah sarat makna yang akan membangun pribadi kita menjadi lebih matang dari sebelumnya. (OTW)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+