Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/09/2012, 16:53 WIB

2.  Pelaku diminta menyatakan penyesalan dan meminta maaf secara terbuka.

3.  Pengakuan, penyesalan dan permintaan maaf dari yang bersalah ini akan memberikan jalan lebih mudah bagi mereka yang harus memaafkan.

4.  Semua anggota keluarga menerima berbagai perasaan sakit sebagai akibat dari proses pemulihan. Korban perlu menceritakan perasaannya secara terbuka rinci. Gambaran tentang kesakitan ini memberikan peluang kepada yang menyakiti tentang bagaimana besarnya kesakitan yang telah ditorehkannya.

5.  Menggali riwayat hidup korban ataupun pelaku. Tujuannya  bukan untuk membenarkan apa yang salah akan tetapi untuk menemukan bagaimana tindakan melukai biasanya mengalir ke luar dari orang yang sebenarnya juga telah terluka.

6.  Cara pandang baru terhadap kisah keluarga, menyatakan mana cerita yang hanya dilebih-lebihkan, mana kenyataan yang sebenarnya tentang pelaku maupun korban dengan memperhatikan fakta-fakta serta riwayat mereka.

7.  Pembagian kesalahan, tanggung jawab dan belas kasih yang lebih merata dengan menyatakan kebenaran lebih jelas lagi.

8.  Berempati kepada mereka yang terluka, entah itu korban, pelaku, yang dijadikan kambing hitam, atau pun orang yang dijadikan pahlawan oleh keluarga.

Mengampuni  itu memang suatu pilihan. Setiap hari saat konflik dengan sesama, kita dihadapkan pilihan mengampuni atau tidak. Boleh dikatakan ini sebuah cobaan besar. Mengampuni  merupakan kebutuhan utama manusia. Tanpa mengampuni hidup kita bisa hambar bahkan mengalami kepahitan.

Dalam buku Mencinta Hingga Terluka dijelaskan agar bisa berdamai dengan sesama, kita perlu lebih dulu berdamai dengan Tuhan dan diri kita sendiri. Memaafkan adalah pintu  perdamaian dan kebahagiaan. Tapi ingat, kita tidak bisa memasukinya tanpa membungkuk alias merendahkan diri dan menganggap yang lain lebih utama dari diri sendiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com