Jakarta, Kompas
Hal itu dikemukakan Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Ekowati Rahajeng dalam seminar media ”Diabetes Management: Strategy of Treatment and Evaluation to Prevent Further Complication”, Selasa (6/11), di Jakarta. Kegiatan itu diselenggarakan menjelang penyelenggaraan Jakarta Diabetes Meeting (JDM) ke-21.
”Riset Kesehatan Dasar 2007 menyatakan, gangguan toleransi glukosa (prediabetes) 10,2 persen di Indonesia. Jika tidak berupaya mencegah, akan masuk ke kondisi diabetes yang memunculkan komplikasi dan beban biaya besar,” ujar Ekowati. Karena itu, sangat diperlukan kesadaran individu memeriksakan kesehatan secara berkala.
Pemerintah berupaya mengendalikan diabetes dengan memperbanyak Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) dan puskesmas yang mampu menangani penyakit tidak menular. Di Posbindu PTM, masyarakat diajar mengendalikan faktor risiko secara mandiri dan pemeriksaan sederhana seperti berat badan dan tekanan darah. Saat ini, ada 5.270 Posbindu PTM di Indonesia.
Pemerintah juga berupaya mengendalikan faktor lingkungan yang memperbesar risiko diabetes seperti paparan asap rokok dan konsumsi pangan berisiko.
Menurut Ketua JDM Ke-21 Tri Juli ET dari Divisi Metabolik Endokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo, diabetes dapat dicegah dengan menjalankan gaya hidup baik seperti diet sehat, olahraga teratur, pemeriksaan berkala kesehatan, dan istirahat cukup.
Dari berbagai penelitian di dunia, Tri Juli mengatakan, terbukti gaya hidup sehat tetap paling besar menurunkan risiko diabetes dibanding obat-obatan. Namun, kenyataannya sulit untuk mengubah cara hidup. Padahal, perubahan ke arah gaya hidup sehat jauh lebih murah.