Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/03/2013, 09:18 WIB

Deputi LIPI Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati Siti Nuramalijati Prijono mengatakan, kini masih dibutuhkan keahlian khusus untuk mengidentifikasi kekayaan hayati yang berpotensi memiliki kandungan zat aktif untuk bahan baku obat. Industri farmasi juga perlu dirangsang untuk melakukan riset dan pengembangan.

Sebagaimana keanekaragaman tanaman berbunga, Indonesia juga memiliki kekayaan jenis lebah. Secara tradisional, bisa (venom) lebah digunakan antara lain untuk terapi rematik, artritis, sakit pinggang, dan sakit kulit.

Cairan bisa lebah ternyata mengandung apamin, melitin, fosfolipase, dan hyaluronidase yang mampu menekan sistem saraf, menstimulasi hati dan kelenjar adrenal.

Venom juga mengandung enzim fosfolipase A dan asam amino kaya sulfur metionin dan sistein. Sulfur merupakan elemen utama dalam pelepasan kortisol dari kelenjar adrenal untuk melindungi tubuh dari infeksi.

Bioaktif dari beragam jenis lebah perlu diidentifikasi lebih lanjut. Ini mengingat banyaknya jenis lebah di Indonesia.

Berbagai jenis cacing juga memiliki manfaat sebagai bahan baku obat. Cacing tanah Helodrilus caliginosus, Helodrilus foetidus, Lumbricus terrestris, dan Lumbricus rubellus berkadar protein tinggi, 64-76 persen. Ekstrak jenis-jenis cacing ini bisa digunakan untuk mengobati tifus.

Ular di Indonesia ada setidaknya 347 jenis. Secara tradisional masyarakat memanfaatkan ekstrak ular weling (Bungarus candidus) untuk menurunkan tekanan darah. Hasil penelitian menunjukkan, tulang ular weling menyebabkan kalsium bersifat asam.

Setelah mengonsumsi daging ular, darah bersifat alkali lemah. Darah yang ”kotor” akan menjadi bersih sehingga aliran darah lancar.

Masih banyak manfaat kekayaan hayati yang bisa ditemukan lewat penelitian. Tantangannya adalah apakah hasil penelitian itu bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh dunia industri. Hal ini kembali pada komitmen pemerintah, kebijakan apa yang dibuat untuk mendorong penelitian dan produksi bahan baku obat berbasis kekayaan hayati kita tersebut.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com