Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/04/2013, 11:24 WIB
EditorLusia Kus Anna

Kompas.com - Tentu Anda sering mendengar seseorang yang alergi terhadap kacang, debu, atau pun kucing. Alergi-alergi tersebut mungkin dapat diatasi dengan menghindari alergen atau pemicu alergi. Namun ternyata ada juga alegi yang agak sulit untuk dihindari alergennya, terlebih bagi mereka yang sudah menikah, yaitu alergi terhadap sperma.

Alergi sperma secara langsung ataupun tidak memang dapat mempengaruhi keharmonisan rumah tangga. Bagaimana tidak, wanita yang alergi sperma tentu akan menghindari hubungan seksual. Padahal, seks yang sehat dan teratur merupakan faktor penting dalam keutuhan perkawinan.

Seorang wanita asal California Utara, sebut saja Clara, mengalami alergi sperma ini. Ia mengalami bercak merah, bengkak, dengan rasa terbakar yang tidak biasa setelah berhubungan seks. Tadinya ia mengira, ia terkena penyakit menular seksual. Padahal wanita ini mengalami hipersensitivitas terhadap reaksi protein yang ada di dalam sperma suaminya.

"Itu sangat buruk, kami tidak bercinta selama 10 bulan terakhir," ujar suami Clara.

Direktur Ryan Family Planning Clinic di Oregon Health and Science University Portland Paula Bednarek mengatakan, alergi ini memang tidak umum. Faktanya, hanya satu di antara 40.000 wanita yang mengalaminya.

"Sperma mengubah keseimbangan pH dalam vagina untuk beberapa wanita, sehingga menimbulkan iritasi, pembengkakan, bahkan gatal-gatal," tutur Bednarek.

Hal yang senada juga diungkapkan Linda Ford, pakar alergi di Nebraska Medical Center di Omaha yang juga mantan presiden American Lung Association. "Mungkin selama 30 tahun, hanya ditemukan sekali," ujarnya.

Bercinta kembali

Seks merupakan sarana untuk menjaga intimasi dari pasangan suami istri, begitu pula Clara dengan suaminya. Semenjak mereka "berpuasa" bercinta untuk waktu agak lama, mereka merasa sangat jauh dan tidak intim. Bahkan mereka merasa seperti hanya teman sekamar daripada seperti pasangan suami istri.

Menurut situs Columbia University, pengobatan terbaik untuk kondisi ini adalah dengan mengenakan kondom. Namun ternyata, Clara tetap mengalami gejala alergi dengan cara tersebut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+