Setengah bercanda juga saya jawab: “Boleh Ibu tebus, boleh juga tidak, tapi kalau kambuh lagi, Saya tidak perlu memeriksa seperti tadi lagi, kasihan Pasien yang di luar, terlalu lama menunggu”.
Sambil senyum dan berlalu, “ya dokter, semoga tidak kambuh lagi”, lanjut pasien.
Hmmm, sentuhan itu memang menyembuhkan, bayi yang dibelai, didekap akan tertidur lelap. Suatu cerita yang pernah saya baca tentang dua bayi kembar yang baru lahir. Salah satu diantaranya sakit, obat-obatan dan upaya penyembuhan oleh dokter yang merawatnya juga sudah dilakukan, namun tidak kunjung membaik.
Melihat perkembangan bayi yang sakit seperti itu, seorang perawat jaga mengambil inisiatif, bayi kembar yang semula terpisah itu, didekatkan. Tangan bayi yang sehat itu lalu ditaruh menyentuh badan bayi yang sakit, seperti memeluknya. Tidak berapa lama setelah itu, kembaran bayi yang sakit itu semakin hari semakin membaik, dan akhirnya sembuh. Bukan hanya itu, binatang buas yang disentuh, dibelai dengan kasih sayang akan menjadi jinak.
Kemudian, sehubugan dengan ini, saya ingat seorang pasien yang pernah dirawat dengan diabetes mellitus dan benjolan di payudaranya. Dari hasil pemeriksaan fisik, pasien ini disarankan untuk dilakukan operasi dan biospi, paling tidak guna memastikan diagnosisnya, apakah suatu tumor jinak atau keganasan.
Pertama kali diberitahu, pasien kelihatan ketakutan sekali dan menolak untuk dilakukan operasi. Tampak wajahnya yang cemas, khawatir, tekanan darah dan denyut nadinya juga tiba-tiba naik. Melihat ini, sehari setelah itu, waktu visite pagi, dokter internship yang ikut bersama saya visite, saya minta untuk memeriksanya dan melakukan pendekatan kembali tentang rencana operasi itu.
Saya percaya, bahwa dengan komunikasi, pendekatan yang baik Pasien ini akan bersedia untuk dilakukan tindakan. Terbayang juga oleh saya, siapa sih yang tidak takut dengan tindakan operasi, sesuatu yang tidak pernah dialami, dibayangkan sebelumnya.
Walau operasi itu relatif aman sekarang, siapa yang dapat menjamin operasi itu sendiri tidak sakit, apalagi setelah sadar, tidak akan ada efek samping. Dan, apalagi operasi ini adalah pada payudara, yang punya makna sendiri bagi seorang wanita.
Lantas, setelah cukup lama memeriksa pasien itu (saya lihat kadang-kadang Ia duduk di tepi tempat tidurnya), dokter muda yang cantik itu kembali menemui saya.
"Pasiennya sudah bersedia menjalani operasi," katanya ketika melaporkan.
":Oh ya, kenapa bisa? Tanya Saya. Nggak tahu juga Dokter, tetapi sesuai dengan saran dokter tadi, saya periksa pasien itu lebih teliti dan lama, saya pegang jari-jarinya, legannya, bahunya, bahkan sesekali saya pijit sambil menanggapi keluhan-keluhan yang ditakutkannya sehubugan dengan tindakan operasi yang akan dilakukan."
Sentuhan, memegang, meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) yang dilakukan oleh seorang dokter tidak hanya membantu menegakkan diagnosa penyakit pasien, tetapi juga mempunyai pengaruh besar terhadap kesembuhan pasien. Sentuhan yang dilakukan dengan hati, akan menumbuhkan perubahan mood pasien.
Pasien akan menjadi lebih tenang, damai, dan hubungan kepercayaan antara pasien dan Dokter juga semakin baik. Banyak peneltian yang sudah pernah dilakukan untuk melihat pengaruh positif sentuhan terhadap penyembuhan pasien.
Lalu, bagaimana sentuhan itu dapat membantu proses penyembuhan pasien? Banyak teori dan peneltian yang sudah pernah dilakukan untuk menjawab pertanyaan ini. Secara singkata dan sederhana saja, sentuhan yang Anda berikan akan memacu pelepasan hormon efinefrin dan oksitosin, dan serotonin. Hormon-horman yang mempunyai peranan penting perubahan mood Anda, yang dikenal dengan hormon kebahagian. Di samping itu, sentuhan ternyata juga menekan produksi kortisol, hormon yang akan meningkatkan resiko peradangan. Imunitas pasien yang sering mendapatkan sentuhan juga membaik.
Oleh sebab itu, bagaimana sibuk pun seorang dokter, sisihkanlah sedikit waktu Anda untuk pasien-pasien Anda. Dalam buku Lembaga Budi, Hamka mengungkapkan, bagi pasien yang sedang sakit, suara seorang dokter yang kedengaran jauh di halaman rumah saja sudah menjadi obat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.