Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/12/2013, 08:48 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com - Sebagian orang mengklaim bisa tetap sehat meski memiliki tubuh gemuk. Padahal, menurut sebuah penelitian para ahli dari Kanada, tetap sehat dengan badan kegemukan atau obesitas hanyalah mitos belaka.

Para peneliti studi menemukan, meski tanpa tekanan darah tinggi, diabetes, atau sindrom metabolik lainnya, orang yang obesitas tetap memiliki laju kematian, kejadian serangan jantung, dan stroke yang lebih tinggi setelah 10 tahun dibandingkan dengan orang yang lebih kurus.

Peneliti studi Ravi Retnakaran, profesor kedokteran di University of Toronto mengatakan, data menyebutkan penambahan berat badan tetap berdampak pada peningkatan laju kematian serta risiko penyakit jantung dan stroke. Sekalipun seseorang tidak memiliki kelainan metabolik, risiko tersebut tetap meningkat.

"Temuan ini menentang konsep obesitas sehat yang berarti orang gemuk tanpa masalah kesehatan seperti tekanan darah, gula darah, dan kolesterol tinggi," tegasnya.

Retnakaran menjelaskan, dia dan timnya menemukan orang yang obesitas meski memiliki metabolisme yang sehat tetap memiliki peningkatan risiko kematian dan penyakit kardiovaskular jangka panjang dibandingkan dengan mereka yang memiliki berat badan normal.

Menurut studi yang dimuat dalam jurnal Annals of Internal Medicine tersebut, orang obesitas yang tampaknya memiliki metabolisme yang sehat akan memiliki faktor risiko yang memburuk seiring waktu.

David Katz, direktur Yale University Prevention Research Center yang tidak terlibat dalam penelitian mengaku sepakat dengan temuan tersebut. Menurutnya, orang perlu mulai memberikan perhatian pada paradoks obesitas.

"Sebagian orang gemuk kelihatan sehat karena penambahan berat badan tidak selamanya berberbahaya. Namun seiring waktu, faktor risikonya dapat meningkat, seperti mulai terjadi insensitivitas insulin yang menyebabkan pankreas bekerja lebih berat mengeluarkan insulin," jelasnya.

Kadar insulin yang lebih tinggi, lanjutnya, dapat mempengaruhi hormon lain dalam tubuh yang menyebabkan inflamasi. Hormon lainnya pun terpengaruh, dan meningkatkan tekanan darah. Disfungsi liver juga mempengaruhi kadar kolesterol darah.

Menurut Katz, secara umum, orang yang berusaha lebih sehat cenderung untuk mengurangi kadar lemak dalam tubuhnya. "Perubahan pola hidup untuk mengontrol berat badan dalam waktu yang lama merupakan cara untuk mendapatkan kesehatan yang lebih baik," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau