KOMPAS.com - Lari merupakan olahraga yang efektif dalam membakar lemak sekaligus melatih jantung. Karenanya, banyak orang memanfaatkan olahraga ini untuk membantu menurunkan berat badan. Sayangnya, masih banyak mitos keliru mengenai olahraga ini.
Dokter spesialis olahraga Hario Tilarso mengatakan, jika dilakukan dengan benar, lari bisa cepat menurunkan berat badan. "Dalam seminggu jika dilakukan tiga hingga lima kali, lari mampu menurunkan bobot sekitar setengah hingga satu kilogram," ujarnya di sela-sela acara Runners Camp di Bogor, akhir pekan lalu.
Namun, lanjut dia, jika mitos-mitos yang tidak benar masih dipertahankan, maka manfaat berlari tidak akan dirasa optimal. Karena itu, Hario menyarankan untuk mengetahui kebenaran dari mitos-mitos seputar lari, berikut ini.
1. Mitos: pakai jaket parasut saat berlari
Kebiasaan ini kerap dilakukan orang dengan tujuan mempercepat penurunan berat badan. Sedangkan, menurut Hario, tindakan ini hanya dapat mempercepat keluarnya cairan tubuh, namun tidak mempercepat pembakaran lemak.
"Maka wajar jika berat badan cepat turun, karena cairannya banyak keluar. Namun jika sudah direhidrasi, maka berat badan akan normal lagi," tuturnya.
2. Mitos: telur mentah dan madu tambah stamina untuk berlari
Telur memang dapat memberikan nutrisi bagi tubuh yang menambah stamina, namun jika dimakan mentah, manfaat tersebut tidak akan dapat dirasakan. "Telur harus dimasak, paling tidak hingga setengah matang supaya tubuh dapat mencernanya," tegas Hario.
Sementara itu, madu mengandung fruktosa tinggi yang menambah energi dengan cepat. Sehingga benar bila madu dikatakan dapat memperbaiki stamina.
3. Minum air panas ganti cairan setelah berlari
"Ini adalah mitos yang keliru, karena bukan air panas lah yang cepat menggantikan cairan tubuh yang hilang setelah berlari, tetapi air dengan suhu yang cenderung dingin," tandas dokter yang hobi berlari ini.
Hario mengatakan, suhu air yang paling cepat diserap tubuh yaitu berada pada kisaran 10-15 derajat Celcius.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.