Stres itu bisa dialihkan pada hal positif, seperti olahraga atau fokus bekerja, dibarengi adanya teman untuk bercerita atau konseling dengan psikolog atau konselor. Sebaliknya, mereka yang tak bisa mengelola stres, tak punya kawan, dan tak bisa mengakses layanan kesehatan mental bisa berbuat kekerasan dalam bentuk lain.
Karena itu, penjahat seksual perlu diperiksa secara medis. Itu untuk memastikan apakah mereka berbuat karena gangguan medis atau tidak, seperti ada tumor di otak, masalah genetik, atau kelainan hormon tertentu.
Jika tak ada masalah medis terkait seksualitas, pelaku perlu diperiksa kesehatan mentalnya. Ini untuk mengetahui apakah pelaku mengalami gangguan jiwa terkait seks atau masalah kepribadian sehingga menyalurkan hasrat seks secara tak sehat.
Gangguan jiwa terkait seks bisa berupa disfungsi seksual atau gangguan parafilia (seperti paedofilia, ekshibisionisme, fetisisme, dan masokhisme). Adapun masalah kepribadian seperti terlalu pemalu atau rendah diri untuk berhubungan intim yang sehat. ”Orang yang sulit menjalin relasi seksual tetap punya hasrat seksual. Jika tak bisa mengelolanya secara sehat, ia bisa memaksa, mengancam, atau menyakiti orang lain,” kata dia.
Dinastuti mengatakan, kebiri bermanfaat bagi yang ingin mengurangi dorongan seksual yang berlebih, biasanya secara sukarela. Namun, kebiri pada orang yang tak punya masalah dorongan seksual bisa merugikan. ”Efek (psikologis) kastrasi fisik atau kimiawi tak sama pada tiap orang,” ucap dia.
Kondisi itu membuat hukuman kebiri menimbulkan pro-kontra, termasuk di negara-negara maju. Perdebatan bukan hanya soal hak asasi manusia untuk tak menyiksa dalam pemberian sanksi, melainkan juga ketidaksambungan antara penyebab seseorang melakukan kejahatan seksual dan bentuk hukumannya. Wajar jika suntik kebiri tak terbukti mampu
menekan kasus kejahatan seksual.
Penjahat seksual kerap melakukan kejahatannya bukan karena aspek medis, melainkan disebabkan masalah kepribadian. Karena itu, pengebirian dinilai tidak tepat. Sebaliknya, menyelesaikan persoalan psikologis tanpa didahului pemeriksaan medis akan percuma. (M.Zaid Wahyudi)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.