KOMPAS.com - Kebanyakan orang saat ini mengandalkan mesin pencarian di internet untuk mendapat informasi mengenai banyak hal, termasuk kesehatan. Bahkan saat mengalami sakit, tidak sedikit orang yang mengaku lebih dulu "memeriksa" kondisinya sendiri melalui internet.
Kemudahan mengakses informasi kesehatan inilah yang membuat pasien lebih kritis. Saat datang ke dokter, pasien tidak datang dengan "tangan kosong", tetapi dengan segudang pertanyaan berbekal dari berbagai artikel kesehatan yang sudah dibaca di internet.
"Dulu pasien belum sekritis sekarang. Saat ini kebanyakan pasien sudah mengerti penyakitnya, dan menanyakan penjelasan-penjelasan lebih lanjut mengenai penyakitnya," kata dokter spesialis penyakit dalam Dante Saksono Herbuwono di sela-sela peluncuran situs kesehatan Univadis di Jakarta, Kamis (22/5/2014).
Menurut Dante, kondisi ini tidak terlepas dari kemajuan teknologi internet yang sangat pesat. Informasi mengenai kesehatan dapat diperoleh secara mudah, baik dalam bentuk artikel ilmiah maupun artikel populer di berbagai situs kesehatan.
Karena itu, kata Dante, dokter pun harus semakin baik dalam mengakses informasi terkini. Pasalnya, pasien seringkali lebih cepat mengetahui perkembangan medis terbaru dibandingkan dokter.
"Seringkali pasien menanyakan, apakah boleh suntik vitamin C supaya kulit cerah? Atau minum obat-obatan tertentu untuk penyakit tertentu? Saat dijawab dokternya, mereka mengemukaan apa yang mereka sudah baca di internet. Nah, saat dokter tidak tahu update terbaru, tentu akan sulit menjawabnya," papar dokter dari Divisi Metabolik Endokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM) ini.
Karena itu, Dante menyarankan supaya dokter maupun tenaga profesional yang bergerak di bidang medis selalu mengikuti perkembangan dunia kedokteran terbaru. Salah satunya dengan rajin membaca jurnal-jurnal penelitian kedokteran terbaru, tidak hanya dari pustaka cetak.
"Memang untuk berlangganan jurnal kedokteran tidak murah, maka salah satu yang bisa dilakukan adalah mengaksesnya melalui situs penyedia jurnal gratis," kata dia.
Sekretaris Jenderal Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng Muhammad Faqih mengatakan, selain memiliki tugas untuk bekerja, dokter juga diwajibkan untuk terus belajar. Bahkan tiap lima tahun, setiap dokter dilihat ada perkembangannya atau tidak.
"Membaca jurnal-jurnal penelitian kedokteran terbaru akan membuat dokter lebih berkembang, termasuk untuk melakukan riset-riset yang menambah maju dunia kedokteran," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.