Menurut dr Yusrahma Nurina, Chief Executive Officer Sahid Sahirman Memorial Hospital Jakarta, sekitar 30 persen dari total penduduk ibu kota rentan mengalami serangan jantung. "Perubahan gaya hidup warga Jakarta ini sangat berpengaruh dengan penyakit jantung," katanya, di Balaikota Jakarta, Senin (30/6/2014).
Nurina menjelaskan, gaya hidup tidak sehat warga Jakarta paling sering disebabkan terlalu sering makan junk food, pola makan tidak teratur, terlalu sering bekerja, dan tidak beristirahat cukup. Sayangnya, lanjut dia, hanya satu persen warga saja yang mendapat pengobatan dan tindakan medis yang tepat.
Mengingat keterbatasan fasilitas yang ada di rumah sakit di Jakarta. Nurina menjelaskan, Rumah Sakit Harapan Kita yang merupakan rumah sakit rujukan dari seluruh Indonesia selalu dipenuhi pasien. Oleh karena itu, ia mengharapkan pihak swasta dapat menyediakan rumah sakit yang bisa melayani penyakit jantung, dan dengan harga yang tidak memberatkan pasien.
Kebutuhan akan rumah sakit khusus jantung menjadi penting mengingat serangan jantung merupakan kondisi kedaruratan medis yang butuh penanganan segera.
"Ada periode emas, hanya enam jam setelah serangan jantung. Setelah itu otot jantung akan rusak permanen bila aliran darah tidak mengalir lagi, dan pasien harus segera ditangani," katanya.
Jenis penyakit jantung antara lain sakit dada (angina pektoris), serangan jantung (heart attack), kematian mendadak (sudden death), gangguan irama jantung (aritmia). Gejala serangan jantung yang sering tidak disadari antara lain rasa nyeri dan menekan pada dada, keringat dingin, lemas, dan terasa tegang pada tengkuk.
Baca juga: kisah serangan jantung yang awalnya dianggap masuk angin
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.