Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/07/2014, 11:09 WIB
|
EditorLusia Kus Anna

JAKARTA, KOMPAS.com
 — Perubahan gaya hidup warga perkotaan seperti Jakarta yang sibuk, rawan stres, dan kurang memperhatikan kesehatan, meningkatkan risiko penyakit jantung.

Menurut dr Yusrahma Nurina, Chief Executive Officer Sahid Sahirman Memorial Hospital Jakarta, sekitar 30 persen dari total penduduk ibu kota rentan mengalami serangan jantung. "Perubahan gaya hidup warga Jakarta ini sangat berpengaruh dengan penyakit jantung," katanya, di Balaikota Jakarta, Senin (30/6/2014).

Nurina menjelaskan, gaya hidup tidak sehat warga Jakarta paling sering disebabkan terlalu sering makan junk food, pola makan tidak teratur, terlalu sering bekerja, dan tidak beristirahat cukup. Sayangnya, lanjut dia, hanya satu persen warga saja yang mendapat pengobatan dan tindakan medis yang tepat.

Mengingat keterbatasan fasilitas yang ada di rumah sakit di Jakarta. Nurina menjelaskan, Rumah Sakit Harapan Kita yang merupakan rumah sakit rujukan dari seluruh Indonesia selalu dipenuhi pasien. Oleh karena itu, ia mengharapkan pihak swasta dapat menyediakan rumah sakit yang bisa melayani penyakit jantung, dan dengan harga yang tidak memberatkan pasien.

Kebutuhan akan rumah sakit khusus jantung menjadi penting mengingat serangan jantung merupakan kondisi kedaruratan medis yang butuh penanganan segera.

"Ada periode emas, hanya enam jam setelah serangan jantung. Setelah itu otot jantung akan rusak permanen bila aliran darah tidak mengalir lagi, dan pasien harus segera ditangani," katanya.

Jenis penyakit jantung antara lain sakit dada (angina pektoris), serangan jantung (heart attack), kematian mendadak (sudden death), gangguan irama jantung (aritmia). Gejala serangan jantung yang sering tidak disadari antara lain rasa nyeri dan menekan pada dada, keringat dingin, lemas, dan terasa tegang pada tengkuk.

Baca juga: kisah serangan jantung yang awalnya dianggap masuk angin

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+