Berdasarkan pemantauan, antrean panjang warga yang hendak mendaftar sebagai peserta program JKN terlihat di kantor-kantor BPJS Kesehatan yang melayani pendataan ataupun pembuatan kartu baru peserta BPJS Kesehatan di sejumlah daerah di Tanah Air, Senin (15/9).
Kepala Departemen Humas BPJS Kesehatan Irfan Humaidi mengakui tingginya minat masyarakat mengikuti JKN yang dikelola BPJS Kesehatan. Hal itu ditandai terus bertambahnya jumlah peserta BPJS Kesehatan. Saat diluncurkan, 1 Januari 2014, jumlah peserta JKN 121,6 juta orang. Hingga akhir Agustus, jumlah peserta mencapai 127,3 juta orang, bertambah 5,7 juta orang dalam 8 bulan.
Hal itu berdampak pada peningkatan jumlah pasien yang berobat ke fasilitas kesehatan, termasuk rumah sakit. Jika dulu masyarakat hanya berobat apabila sudah sakit parah, kini mereka yang jadi peserta JKN bisa berobat kapan pun dengan mengikuti pengobatan berjenjang.
Antrean panjang
Di sejumlah daerah, warga antre mendaftarkan diri dan keluarga sebagai peserta BPJS Kesehatan, misalnya di Kantor BPJS Kesehatan Jakarta Barat yang khusus melayani pemohon kartu BPJS Kesehatan dengan iuran mandiri. ”Rata-rata per hari ada 250 nomor antrean. Satu nomor antrean bisa mendaftarkan 3-5 orang, tergantung jumlah keluarga,” kata anggota staf keuangan BPJS Kesehatan Jakarta Barat, Novi.
Untuk iuran mandiri, setiap orang dikenai biaya sesuai pemilihan kelas. Di fasilitas kelas I, peserta dikenai iuran Rp 59.500 per orang per bulan. Lalu, iuran untuk kelas II Rp 42.500 per orang per bulan. Adapun fasilitas kelas III, tiap peserta wajib membayar Rp 25.500 per bulan.
Lina (42) mengaku mendaftar BPJS Kesehatan setelah melihat saudaranya yang terkena penyakit jantung bisa berobat dengan mudah karena jadi peserta BPJS Kesehatan. Karena suaminya bekerja sebagai wirausaha, ia jadi peserta mandiri. ”Saya ambil kelas I untuk 4 orang,” ujarnya.
Di Batam, sebagian warga mengandalkan bantuan iuran BPJS Kesehatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Mereka rela antre di rumah sakit untuk mendapat layanan kesehatan dengan fasilitas BPJS. ”Tinggal tunjukkan kartu, tak bayar apa-apa lagi. Kalau harus bayar sendiri, mana saya punya uang,” kata Hamdan, warga Sagulung, Batam.
Walikota Batam Ahmad Dahlan menyatakan, proses verifikasi penerima bantuan iuran BPJS Kesehatan dari APBD Batam tengah berlangsung. Verifikasi dilakukan di kantor-kantor kelurahan. ”Kini proses pengalihan dari program jaminan kesehatan daerah menjadi BPJS Kesehatan,” katanya.
Di Makassar, Sulawesi Selatan, minat warga mendaftar sebagai peserta mandiri JKN yang dikelola BPJS Kesehatan tinggi. Warga mendatangi Kantor BPJS Kesehatan Cabang Makassar sejak kantor dibuka pukul 07.00. Sekitar pukul 10.00, nomor antrean yang dibatasi 350 orang untuk pendaftar umum telah habis.
Wongkar (52), warga Kecamatan Ujung Pandang, harus dua kali datang ke kantor BPJS Kesehatan untuk mendaftarkan diri dan tiga anggota keluarga sebagai peserta JKN. Ia tertarik mendaftar sebagai peserta JKN untuk melindungi keluarga jika sakit.
Kepala Departemen Pemasaran dan Kepesertaan BPJS Kesehatan Divisi Regional Sulawesi Selatan, Barat, Tenggara, dan Maluku Adi Siswadi mengatakan, hingga kini 4,18 juta orang terdaftar sebagai peserta JKN di Sulsel. Jumlah itu 44 persen dari total jumlah penduduk Sulsel yang mencapai 9,5 juta jiwa.
Adi tak menduga antusiasme warga, terutama dari jalur mandiri, masih tinggi. Total warga yang mendaftar JKN mandiri di Sulsel 339.441 orang. ”Kami semula memperkirakan membeludaknya pendaftaran peserta hanya tiga bulan pertama. Namun, sampai sembilan bulan ini, pendaftar tak pernah sepi,” katanya.
Tingginya minat warga mendaftar program JKN juga terlihat di beberapa kota, seperti Denpasar, Surabaya, dan Yogyakarta. Di Kantor BPJS Kesehatan Surabaya, warga menunggu sambil duduk di lantai dan tangga.
Mereka rela mengantre untuk mendaftar sebagai peserta JKN demi menjamin pembiayaan kesehatan jika sakit. Mansyur (24), warga Surabaya, menyatakan, layanan BPJS amat berguna bagi warga kalangan menengah ke bawah. ”Tetapi proses pendaftaran mesti dipermudah,” ujar pria yang bekerja sebagai pengumpul barang bekas itu. (MZW/RAZ/COK/ENG/DEN/HRS/NIK/A04)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.