KOMPAS.com - Sekitar separuh dari pria berusia di atas 50 tahun mengalami pembesaran prostat. Namun tidak semua pembesaran prostat berisiko kanker. Masih belum diketahui mengapa ada pria yang terkena perbesaran prostat jinak dan ada yang tidak.
Perbesaran prostat jinak alias Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) terjadi ketika sel-sel prostat tumbuh tidak normal. Ketika prostat membesar, prostat menekan uretra, saluran yang membawa urin ke kandung kemih. Tekanan dari prostat ini menyebabkan terjadinya gejala aliran urin yang lemah dan menetes. Selain itu ada kebutuhan berkali-kali untuk berkemih di malam hari.
Sudah dilakukan penelitian di bidang kesehatan prostat. Namun para ilmuwan masih belum tahu mengapa pria mendapatkan perbesaran prostat sementara yang lain tidak. Belum diketahui juga hal-hal yang bisa mencegah perbesaran prostat. Faktor risiko yang bisa dicatat dari perbesaran prostat adalah usia dan riwayat keluarga. Hormon hanya dipercaya mempercepat pertumbuhan sel prostat.
Sebuah penelitian pernah menghubungkan asupan tinggi kalori juga diet tinggi protein serta asam lemak tak jenuh ganda dengan perbesaran prostat. Para peneliti tersebut menyimpulkan bahwa mengasup kelebihan kalori ada hubungannya dengan stimulasi perbesaran prostat. Kelebihan kalori selanjutnya menyebabkan pemumpukan lemak. Penumpukan lemak ini selanjutnya mempengaruhi hormon yang kemudian memicu perbesaran prostat.
Banyak Sayur
Bukti dari sejumlah penelitian menyimpulkan secara tidak langsung bahwa jika pria menghindari asupan tinggi kalori, obesitas dan resistensi insulin berarti mengurangi risiko perbesaran prostat. Sementara penelitian lain menyimpulkan olah raga membantu melindungi pria dari kanker prostat. Karena tubuh yang banyak bergerak mempengaruhi secara langsung kadar hormon dan membantu kontrol berat badan, berolah raga juga mengurangi risiko perbesaran prostat jinak.
Selain rendah kalori, pria juga sebaiknya tak ragu-ragu mengonsumsi banyak sayuran untuk mencegah perbesaran prostat. Jennifer Nelson, MS, RD, dari Mayo Clinic, AS menyarankan mengonsumsi sayur yang kaya vitamin C. Misalnya paprika, brokoli, kembang kol, tomat. Nelson juga mengatakan makanan yang mengandung zinc juga bisa membantu pencegahan perbesaran prostat. Misalnya, kerang, kepiting, daging domba dan sapi. Namun daging domba dan sapi ini disarankan tanpa lemak.
Pernah ada penelitian pria Yunani yang makan banyak buah mengalami penurunan perbesaran prostat jinak. Penyebabnya, buah kaya akan vitamin dan antioksidan alami bernama fitokimia. Radikal bebas tampaknya ikut berperan dalam perbesaran prostat seperti halnya peranannya dalam kanker prostat. Sebuah studi pernah menemukan bahwa likopen, antioksidan yang terdapat dalam tomat yang dimasak bisa memperlambat pertumbuhan sel kanker prostat.
Bila mengalami perbesaran prostat, tindakan paling baik adalah berkonsultasi dengan dokter. Terutama bila pria mengalami sensasi terbakar, nyeri atau darah ditemukan ketika sedang berkemih. Gejala-gejala tersebut bisa indikasi terjadinya perbesaran prostat. Bisa juga kanker atau gangguan kesehatan lain yang membutuhkan perawatan medis.
Bila diagnosis dokter memang perbesaran prostat jinak, pengobatan yang bisa ditawarkan dokter adalah obat-obatan atau operasi. Suplemen yang mengandung saw palmetto menurut para ahli dari AS tidak terlalu menjanjikan sebagai terapi alternatif untuk mengurangi gejala perbesaran prostat.
Untuk terapi pencegahan, ada sebuah studi yang meneliti pencegahan kanker prostat dengan mengonsumsi kedelai, selenium, vitamin E dan D. Namun dampak potensialnya pada kanker prostat maupun perbesaran prostat masih belum diketahui.
Hingga saat ini tindakan paling baik untuk mencegah perbesaran prostat adalah dengan menjaga berat badan sehat dengan mengurangi kelebihan kalori serta aktif secara fisik. Kemudian jangan lupa mengonsumsi banyak sayur, buah dan kacang-kacangan. Pola makan serupa ini juga disarankan American Institute for Cancer Research untuk menurunkan risiko kanker.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.