Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/10/2014, 14:38 WIB
EditorLusia Kus Anna

KOMPAS.com - Sejumlah data menunjukkan, satu dari dua penderita asma masih mengalami serangan asma menakutkan meskipun sudah diobati. Sejauh ini, tidak banyak pula pilihan obat atau terapi baru bagi pasien asma parah. Namun, inovasi terkini mengembuskan angin segar bagi penderita asma yang sangat parah.

Keberadaan obat sangat penting, apalagi asma berdampak sosial bagi penderitanya. Pengidap asma berat ada yang didera rasa malu, masa depan tak jelas, selalu cemas, dan rasa bersalah. Intinya, dicekam asma menakutkan. Ancaman serangan asma berulang juga tinggi.

Sementara, dengan diagnosis baik dan pengobatan tepat, asma dapat dikelola sehingga pengidapnya bisa beraktivitas sehari-hari seperti halnya orang tanpa asma. Kondisi tubuh, aktivitas sosial, dan pekerjaan mereka bisa dijalani dengan baik.

Meskipun berisiko tinggi, menurut Guru Besar Kedokteran Pernapasan Universitas Cape Town, Afrika Selatan, Eric Bateman, asma sebagai beban global masih dianggap remeh oleh sebagian besar kalangan. Sebagian besar pasien dan dokter juga beranggapan bahwa saat ini tak ada obat asma. Banyak pasien putus pakai obat dan tetap hidup dengan gejala asmanya tanpa menjalani pengobatan.

Faktanya, kata Bateman, beban ekonomi asma salah satu yang terbesar dari kelompok penyakit kronis. Negara maju bisa menghabiskan hingga 2 persen dari anggaran kesehatannya untuk mengendalikan asma. Bahkan, secara global anggaran penanggulangan asma diperkirakan melebihi anggaran untuk tuberkulosis dan HIV.

Riset terkini, tiotropium bromide yang biasa untuk terapi pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) ternyata bisa diberikan juga kepada pasien asma sangat berat dengan pengobatan kombinasi kortikosteroid inhalasi (≥800μg budesonide/hari atau setara) serta beta-2 agonis sebagai terapi tambahan, tetapi masih mengalami serangan asma setidaknya dua kali setahun. Dan, hasil tiotropium itu dinilai menggembirakan.

David Halpin, Guru Besar pada The Royal Devon & Exeter Hospital, Inggris Raya, mengatakan, hampir satu dekade terakhir tidak banyak yang berubah dalam terapi dan pengobatan bagi pasien asma berat. Oleh karena itu, persetujuan menggunakan tiotropium bagi pasien asma adalah kemajuan. Kini, dokter punya pilihan baru membantu pasien menghindari serangan asma yang membuat tidak nyaman, menakutkan, dan mengancam jiwa.

Penggunaan tiotropium bromide bagi pasien asma itu didasarkan atas uji klinis fase III program UniTinA-asthma pada penderita asma yang masih mengalami serangan asma meski telah diobati. Uji klinis yang melibatkan 6.000 pasien itu untuk mengevaluasi keamanan dan efikasi pemberian tiotropium sebagai terapi tambahan.

Hasil uji klinis itu dipaparkan pada Kongres Internasional European Respiratory Society 2014 di Muenchen, Jerman, 6-9 September 2014 yang juga dihadiri Kompas. Hasil uji klinis itu menunjukkan, penggunaan tiotropium sebagai terapi tambahan bagi pasien asma meningkatkan kontrol asma hingga 68 persen.

Selain itu, penggunaan tiotropium dengan alat inhalasi khusus juga mengurangi risiko frekuensi serangan asma berat hingga 21 persen, mengurangi risiko keparahan kondisi asma pasien hingga 31 persen, dan mengurangi gejala asma.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Sumber KOMPAS
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+