Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/03/2014, 09:48 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Penderita asma hendaknya tidak hanya mengandalkan obat-obatan. Menghindari pencetus dan berolahraga rutin dapat mereduksi serangan asma.

Menurut Anwar Yusuf, Guru Besar Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dalam diskusi Yayasan Asma Indonesia, Senin (3/3), di Jakarta, asma pada dasarnya tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikontrol. Karena itu, penanganan asma lebih bersifat nonmedis dan preventif.

”Yang utama adalah mengidentifikasi pencetus serangan asma. Ada berbagai faktor pencetus. Ada orang yang asmanya kambuh akibat cuaca dingin, ada yang akibat debu atau mengonsumsi makanan laut,” kata Anwar.

Pasien dapat mencegah serangan asma dengan menghindari faktor pencetus. Kalau pencetusnya debu, kebersihan lingkungan penderita harus dijaga.

Ada anggapan, pasien asma tidak boleh berolahraga. Padahal, olahraga terbukti mengurangi frekuensi serangan dan meringankan gejala asma.

”Jenis olahraga yang dianjurkan adalah aerobik ringan, seperti senam, berenang, atau lari pagi. Namun, pasien tidak boleh memaksa diri berolahraga ketika sesak napas,” kata dokter spesialis rehabilitasi medis FKUI, Anita Ratnawati. Senam dapat memperkuat otot pernapasan sehingga meringankan sesak ketika asma menyerang.

Menurut Anwar, olahraga bagi penderita asma perlu dibatasi selama 30-45 menit, tiga kali seminggu. Hal itu agar tidak terjadi serangan asma akibat aktivitas olahraga terlalu berat (exercise induced asthma).

Triya Damayanti dari Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI menyatakan, obat pengontrol harus dikonsumsi setiap hari oleh penderita asma persisten (berat), saat kambuh ataupun tidak. Adapun obat pelega pernapasan hanya digunakan saat serangan sesak dan napas berbunyi.

”Obat pengontrol untuk mengatasi peradangan saluran napas, sedangkan obat pelega fungsinya melonggarkan saluran napas yang menyempit,” kata Triya. (A06)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com