Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/11/2014, 15:31 WIB

KOMPAS.com -
Radang usus buntu (Apendisitis) merupakan kondisi medis serius di mana usus buntu, organ kecil berbentuk jari yang melekat pada usus besar, menjadi bengkak dan meradang.

Penyebabnya tidak selalu jelas, tapi terkadang bisa disebabkan karena infeksi virus, bakteri, atau jamur yang telah menyebar ke usus buntu. Infeksi biasanya terjadi, tapi tidak terbatas pada:

• Bakteri Bacteroides
• Adenovirus
• Bakteri Salmonella
• Bakteri Shigella
• Campak
• Infeksi jamur mucormycosis dan histoplasmosis

Radang usus buntu paling sering disebabkan oleh obstruksi di area dalam usus buntu yang disebut dengan lumen usus buntu. Ada beberapa penyebab yang membuat area tersebut tersumbat, misalnya, batu usus buntu, cacing usus atau parasit, iritasi akibat penyakit kronik, adanya benda asing, serta cedera abdomen.

Panjang usus buntu, yang bentuknya mirip cacing yang menempel pada bagian awal usus besar adalah sekitar 8,5 cm. Usus buntu merupakan rumah bagi bakteri yang bermanfaat. Namun, ketika organ ini terinfeksi atau tersumbat, bakteri berkembang biak dengan cepat, menyebabkan usus buntu membengkak dan terisi dengan nanah, cairan kental yang mengandung bakteri, sel-sel jaringan, dan mati saat sel darah putih melawan infeksi.

Komplikasi

Jika tidak diobati, peradangan usus buntu akan semakin buruk dan menyebabkan komplikasi lebih lanjut.  Tekanan dalam usus buntu akan meningkat, dan menurunkan jumlah darah yang mengalir melalui dinding usus buntu, lalu tubuh kekurangan darah dan meninggal.

Usus buntu adalah kondisi yang membutuhkan tindakan segera.  Dalam kasus tertentu, usus buntu yang pecah dapat menyebabkan infeksi berat pada rongga perut. Komplikasi serius ini kemudian dapat menyebabkan infeksi darah yang berpotensi fatal yang disebut sepsis.

Prosedur standar penyakit ini adalah mengangkat radang usus buntu melalui pembedahan. Ada kalanya ini bisa dilakukan dengan tindakan pembedahan yang tidak terlalu invasif yang dikenal dengan laparoskopi.

Kita bisa mencegah penyakit ini dengan menjaga pola makan, misalnya cukup mengonsumsi serat agar buang air besar lebih lancar. Kombinasi antara polusi udara dan pola makan ala western yang tinggi karbohidrat dan rendah serat, diketahui meningkatkan risiko penyakit ini. (Eva Erviana)


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau