Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/02/2015, 12:20 WIB

Meskipun PG dan gliserol aman dalam makanan dan obat-obatan, efeknya bagi tubuh jika dihirup masih belum diketahui. "Kami tidak tahu apa yang terjadi jika seseorang menghirup zat kimia tersebut dalam jangka waktu lama. Benar-benar belum diketahui," kata Goniewicz.

Proses pemanasan

Zat kimia beracun terbentuk dari cairan elektrik yang dipanaskan untuk membentuk aerosol yang dihirup oleh pengguna rokok elektronik. Zat tersebut termasuk formaldehida (karsinogen), acetaldehyde (penyebab karsinogen), dan acrolein (terbentuk dari gliserol yang dipanaskan, dapat merusak paru-paru dan menyebabkan penyakit jantung pada perokok).

Ketiganya terlepas dalam jumlah yang terus meningkat seiring dengan peningkatan suhu cairan elektronik. Benowitz menambahkan, perokok bisa tergoda untuk makin meningkatkan suhunya.

"Sayangnya, semakin panas cairan itu, nikotin akan semakin banyak diperoleh. Orang yang ingin mendapat nikotin berdosis besar dapat menggunakan baterai tegangan baterai sangat tinggi atau baterai dengan tegangan yang bisa disesuaikan," katanya.

Goniewicz mengatakan bahwa zat perasa akan menutupi rasa tidak enak yang muncul ketika perokok memanaskan rokok elektriknya, hingga formaldehida terbentuk.

Partikel kecil dalam aerosol rokok elektronik bisa berbahaya. Benowitz mengungkapkan, ini jelas serupa dengan kasus asap rokok dan polusi udara lainnya yang menyebabkan kerusakan pembuluh darah, peradangan, dan efek pada sistem saraf.

Aerosol dari rokok elektronik memiliki tingkat partikulat yang setara dengan rokok biasa. Namun, penelitian masih kurang cukup terhadap rokok elektronik untuk membuktikan kesimpulan tentang keamanan menghirup partikel yang terbentuk.

Logam beracun seperti timah, nikel, kadmium, timbal, dan merkuri pun telah ditemukan dalam aerosol rokok elektronik. Sebuah penelitian pada tahun 2013 membuktikan bahwa beberapa logam seperti nikel terjadi pada konsentrasi 2 hingga 100 kali lipat dari rokok.

Jadi, apakah rokok ini aman? "Itu semua relatif," ujar Benowitz. Menurutnya, berdasarkan penelitian yang ada saat ini, sebenarnya rokok elektronik lebih berbahaya dari rokok biasa.

Menurut Asosiasi Paru Amerika, rokok biasa menghasilkan sekitar 7000 zat kimia saat dibakar dan banyak diantaranya beracun. Sementara itu rokok elektronik tidak begitu berbahaya bagi perokok pasif.

Pengguna rokok elektronik menghembuskan sedikit apa yang mereka isap, terang Benowitz. Alat mereka tak memancarkan aerosol. Rokok, sebaliknya, mencemari udara dan paru-paru orang lain secara signifikan. (Purwandini Sakti Pratiwi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau