Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Kebiasaan Makan Sehat Tak Bertahan Lama?

Kompas.com - 13/03/2015, 12:10 WIB

KOMPAS.com - Seperti kebanyakan orang yang peduli akan asupan sehat, Anda mungkin pernah mencoba bertahan pada aturan makan super ketat yang efektif menghilangkan kesenangan dan fleksibilitas dalam diet. Bagaimana hasilnya? Kemungkinan justru tidak baik dan berumur singkat.

Berbagai penelitian dan testimoni menyebutkan bahwa orang yang mengadopsi pola makan ketat dalam dietnya sering sulit untuk bertahan dan akhirnya gagal.

Editor-in-Chief Yahoo Health, Michele Promaulayko membagikan pengalamannya dalam menjalankan pola makan sehat dalam bukunya, 20 Pounds Younger.

"Konsep yang menyebutkan menurunkan berat badan sama dengan pengorbanan menyiksa adalah salah satu kekeliruan makanan terbesar," katanya.

Kenyataannya, hubungan antara makanan yang ingin diasup (tahu kapan harus berhenti dan kapan untuk makan tanpa sedikit pun merasa bersalah) sebenarnya mungkin dan bisa menurunkan berat badan. Psikolog memiliki istilah untuk itu: menahan diri secara fleksibel (flexible restraint).

"Manajemen berat badan perlu berfokus pada makanan sehat yang Anda suka daripada bertahan menghindari makanan yang disukai," kata psikolog klinis dan pakar ahli penurunan berat badan di Durham, North Carolina AS, Katie Rickel.

Itu berarti, Anda harus mencari makanan sehat yang Anda suka dan nikmati daripada obsesif menghindarinya serta makan asupan yang tidak sehat.

Daripada menerapkan aturan ketat makanan yang tidak boleh dimakan, misalnya tak ada cokelat, pantang nasi,  Anda perlu membuat catatan panduan fleksibel untuk apa yang akan Anda makan.

Menurut penelitian dalam Journal of Consumer Research disebutkan, perempuan yang mengatakan, "Saya tidak makan itu," daripada, "Saya tidak bisa makan itu," lebih mungkin mematuhi aturan makannya.

"Saya tidak bisa" menandakan kekurangan, sehingga membuat Anda semakin ingin memakannya. Bila mengatakan "Saya tidak" maka akan memberi sinyal tekad dan kekuatan, membuat penolakan Anda lebih efektif.

Apakah aturan itu mudah untuk dilakukan? Sebagai contoh, Rickel sering mendorong kliennya untuk makan hanya pada asupan atau cemilan yang telah direncanakan, tetapi tidak di antara keduanya. "Itu adalah pedoman yang agak kaku, tetapi dengan aturan tersebut ada fleksibilitas," katanya.

Dari pada membuat aturan ketat makanan mana yang boleh dan tidak, lebih baik buat pedoman tentang apa yang akan diasup. Fokuslah pada makanan yang padat gizi.

Bersikaplah fleksibel, tidak perlu merasa bersalah jika Anda tak bisa mengikuti pedoman itu karena misalnya Anda harus menghadiri pesta dan makanan pilihan tak tersedia.

"Orang-orang jauh lebih berhasil jika mereka membiarkan diri mereka melonggarkan diri terhadap makanan atau pada hari-hari tertentu, dibandingkan dengan mencoba untuk bersikeras melalui itu," kata Rickel. (Purwandini Sakti Pratiwi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau