Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/04/2015, 16:40 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis


BEKASI, KOMPAS.com - Wasir atau hemoroid sebenarnya adalah penyakit yang cukup banyak diderita masyarakat, jumlahnya sekitar 4-20 persen dari populasi. Akan tetapi hanya sedikit orang yang secara terbuka menceritakan keluhannya karena alasan malu atau takut dioperasi.

Rasa takut dioperasi juga membuat Dwi Komalasari (43) membiarkan wasir yang dideritanya selama bertahun-tahun. Ibu tiga anak ini pertama kali menderita wasir saat kehamilan anak pertamanya di tahun 1999. Ketika itu ia sudah sering mengalami nyeri dan buang air besar berdarah.

"Sebenarnya sudah niat untuk operasi setelah melahirkan, tapi setelah melihat sendiri teman-teman yang operasi wasir dan menceritakan rasa sakitnya, saya jadi takut," kata Dwi di Bekasi (7/4/15).

Setiap kali wasirnya kambuh, Dwi hanya mengonsumsi obat-obatan untuk menghentikan perdarahan. "Paling repot itu masalah duduk, serba tidak nyaman. Padahal sebagai sekretaris direktur sehari-harinya di kantor saya lebih banyak duduk. Tersiksa sekali," katanya.

Agar tak ketahuan teman-teman di kantornya, Dwi mengaku selalu membawa bantal ke kantor untuk duduk. "Biar orang-orang tidak tahu kalau saya sebenarnya sakit wasir," katanya.

Tetapi karena sudah tidak tahan dengan penyakitnya yang kambuhan, di akhir tahun 2013 akhirnya Dwi memberanikan diri melakukan operasi wasir dengan teknik BEIM (Biological Electrical Impedance Auto-Measurement).

Hasil pemeriksaan menunjukkan Dwi menderita wasir derajat tiga. "Saya berani operasi karena menurut penjelasan dokternya tidak nyeri dan prosesnya cepat. Ternyata memang benar, saya sembuh total sekitar satu bulan dan hanya merasa agak nyeri ketika BAB pertama pasca operasi," ujarnya.

Teknik BEIM diperkenalkan oleh klinik Rumah Wasir sebagai keunggulan barunya. Teknik ini dikenal juga dengan istilah laser safute. Salah satu kelebihannya adalah durasi operasi cukup singkat, hanya 15 menit dan pasien tidak memerlukan rawat inap.

Menurut dr.Panondang Panggabean, spesialis bedah dari Rumah Wasir, dalam teknik jaringan hemoroid akan dipotong kering dan keras dengan alat yang terhubung dengan penghantal elektrik sehingga luka yang terbentuk akan langsung tertutup rapat.

"Bedanya dengan teknik konvensional yang membutuhkan jahitan untuk luka yang lebar sehingga pasien akan merasakan sakit setelahnya. Dengan teknik BEIM ini, jaringan luka langsung ditutup dengan panas dari alatnya sehingga tak ada perdarahan," kata Panondang.

Tidak adanya penjahitan luka ini membuat nyeri pascatindakan operasi jauh lebih minimal. Selain itu biayanya juga terjangkau.

"Kalau untuk operasi konvensional di rumah sakit, misalnya untuk metode stapled, biasanya bisa sekitar Rp 25 juta karena masih harus rawat inap. Sementara itu dengan BEIM ini hanya sekitar 5-7,5 juta rupiah," kata dr.Mahdian Nur, direktur utama Rumah Wasir.

Rumah Wasir yang masih satu grup dengan klinik Rumah Sunatan ini dibuka pada akhir tahun 2013.  "Kami memang ingin menyediakan solusi dari masalah wasir yang banyak diderita masyarakat dengan operasi yang nyaman dan murah," kata Mahdian.

Ditambahkan Panondang, selain untuk wasir, teknik BEIM juga bisa dilakukan untuk gangguan anorektal, seperti fistula (kondisi abnormal pada bagian dekat rektum), penyakit papilloma (infeksi menular seksual atau biasa disebut kutil kelamin), abses, dan sebagainya.

Rumah Wasir sendiri saat ini sudah memiliki beberapa cabang, antara lain di Cipinang Jakarta Timur, Bekasi, Semarang, Medan, dan Surabaya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau