Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/04/2015, 19:15 WIB
Hadassah Alexandria

Penulis

Saat itu saya tidak bisa banyak bergerak karena kalau saya bergerak akan semakin merasa kedinginan. Fikria langsung memberikan jaket bulu angsanya kepada saya, serta sleeping bag tambahan agar saya merasa hangat, tetapi suhu tubuh saya tidak juga berubah bahkan saya masih merasa kedinginan.

Saat itu, yang saya ingat hanya ada yang mengatakan “Bikinkan air panas, biar dia pegang”. Ada juga yang mengatakan, “Jangan sampai dia tidur”.


Ternyata hipotermia

Akhirnya saya diberikan pertolongan pertama, yaitu dipeluk agar suhu tubuh orang lain dapat membantu menaikkan suhu tubuh saya. Saya masih tetap merasa kedinginan, tetapi sudah lebih berkurang. Menurut saya karena saya sudah diberikan tambahan sleeping bag dan jaket, serta dipeluk. Setelah itu, saya tertidur pulas.

Esok harinya, saya bangun dan mencari sinar matahari untuk lebih menghangatkan tubuh saya. Pagi itu saya dan tim yang lainnya membicarakan apa yang saya alami malam itu.

“Kamu tuh kena hipotermia sedang, Sa. Kalau lagi naik gunung begini, harus ada orang yang tahu penanganan pertama apabila temannya kena hipotermia, karena kalau tidak bisa berujung pada kematian," kata Fikria yang memang sudah biasa mendaki gunung.

Menurut Edelstein, Li, Silverberg, dan Decker (2009), hipotermia adalah suatu kondisi ketika mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Biasanya, suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 °C (95°F). Tubuh manusia mampu mengatur suhu pada zona termonetral, yaitu antara 36,5-37,5 °C.

Di luar suhu tersebut, respon tubuh untuk mengatur suhu akan aktif menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas dalam tubuh. Pada suhu ini, mekanisme kompensasi fisiologis tubuh gagal untuk menjaga panas tubuh (Fauci, 2008). Tak heran saya merasa sangat kedinginan walaupun sudah berada di dalam tenda yang biasanya membuat kita lebih hangat karena tidak terkena hawa dingin.

Setelah saya ingat kembali, pemicu saya terkena hipotermia dikarenakan saat sampai di Pos 3 saya berkeringat dan tidak langsung mengganti pakaian saya. Apalagi saat itu udara berangin serta turun hujan. Tambahan lagi kondisi perut saya yang kosong.

Berawal dari hal sepele, berujung pada suatu hal yang bisa menyebabkan kematian. Sebuah pelajaran bagi saya agar semakin memperhatikan hal-hal yang saya anggap sepele, seperti kesehatan.

Saat mendaki gunung, pendaki memang harus memperhatikan bagaimana kondisi lapangan di gunung tersebut, serta segala persiapan sebelum pendakian, baik fisik maupun mental, dan semua sarananya. Sekali lagi saya ingatkan, disiplin saat mendaki gunung itu sangat penting!

Ikuti kisah perjalanan "Ekspedisi Alam Liar'' dari tim Kompas.com saat menjelajahi Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa di Nusa Tenggara Barat pada 18-25 Maret 2015 dalam liputan khusus "Ekspedisi Alam Liar".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com