Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/05/2015, 08:00 WIB
EditorLusia Kus Anna

KOMPAS.com -
Pertumbuhan di usia bayi dan balita akan mempengaruhi perkembangan fisik dan mental di usia selanjutnya. Penuhi kebutuhan gizi anak untuk mendukung tumbuh kembangnya melalui makanan yang bervariasi dan bergizi seimbang.

Berdasarkan acuan Label Gizi Produk Pangan yang dirilis oleh BPOM (2007), kebutuhan energi bayi usia 6 bulan meningkat hingga 1.5 kali, kebutuhan proteinnya meningkat 2 kali lipat, kebutuhan karbohidratnya meningkat 2.4 kali dan kebutuhannya akan zat besi meningkat 26 kali lipat.

Sayangnya, pola pemberian makanan pada bayi dan balita belum optimal. Hal ini antara lain tercermin dari data Riset Kesehatan Dasar 2013 yang menyebutkan, prevalensi anemia pada anak usia 12-59 bulan di Indonesia sebesar 28 persen, yang artinya 1 dari 4 anak menderita anemia. Data yang sama juga menunjukkan, 1 dari 3 balita menderita stunting (pendek).

Kesalahpahaman dalam memenuhi kebutuhan nutrisi pada 1000 hari pertama pertumbuhan si kecil bisa berdampak serius, bukan hanya pada fisiknya (pendek dan kurus), tapi juga kecerdasannya.

"Saya sedang membimbing dua dokter yang melakukan penelitian berbeda di Tangerang dan Duren Sawit. Keduanya memilih topik tentang kondisi murid-murid yang kurang gizi dan tidak. Ternyata, anak yang status nutrisinya terganggu akan mengalami gangguan kognitif pada higher cortex-nya," kata Prof.Herkutanto Sp.F, dalam seminar bertajuk Pentingnya Nutrisimikro pada Balita di Jakarta (11/5/15).

Gangguan pada higher cortex, menurut Herkutanto, bisa menyebabkan anak kurang imajinasi dan kreativitas. "Akibatnya mereka hanya bisa kerja yang menuruti perintah," katanya.

Penelitian lain terhadap menu makanan yang biasa diberikan pada anak usia 12-23 bulan, berupa Air Susu Ibu, nasi, ikan, dan sayuran hijau, menunjukkan adanya kesenjangan antara kebutuhan gizi.

Hasil penelitian menunjukkan, kebutuhan protein anak terpenuhi, tapi anak masih kekurangan energi sebesar 50 persen, serta kurang zat besi.

"Padahal secara kualitas makanan ini sebenarnya sudah baik dan harganya murah, tapi ternyata selalu ada gap," kata Dr.Trevino A Pakasi, Ph.D, dari Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan gizi anak, baik zat gizi makro atau mikro, adalah dengan makan makanan yang barvariasi. Makanan yang bervariasi juga akan membuat bayi terlatih mengecap berbagai rasa, seperti manis, asin, dan gurih.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+