Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Risiko Besar Diabetesi Saat Puasa Ramadhan

Kompas.com - 08/06/2015, 11:00 WIB
Kontributor Health, Diana Yunita Sari

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Hipoglikemi dan hiperglikemi adalah dua dari empat risiko besar yang dapat terjadi pada penyandang diabetes yang menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Risiko lainnya adalah ketoasidosis diabetes dan dehidrasi serta trombosis. Pemeriksaan medis serta edukasi kepada diabetes sebelum puasa Ramadhan diperlukan guna menghindari kejadian yang tidak diinginkan. 

Dalam 'Panduan Penatalaksanaan DM Tipe 2 Pada Individu Dewasa di Bulan Ramadhan' yang dikeluarkan oleh Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), 2013 disebutkan bahwa kegiatan berpuasa dalam jangka waktu yang cukup lama akan meningkatkan risiko dehidrasi, hipoglikemi, maupun hiperglikemi.

Menurut Prof. Dr. dr. Pradana Soewondo, Sp.PD-KEMD, menurunnya asupan makan merupakan faktor risiko untuk hipoglikemi pada diabetesi. Sebagai gambaran saja, lanjut Guru Besar Fakultas Kedokteran UI ini, risiko hipoglikemi berat meningkat 4,7 kali lipat pada diabetes melitus (DM) tipe 1 dan 7,5 kali lipat pada DM tipe 2 selama puasa Ramadhan. 

Peningkatan risiko lain yang juga bisa terjadi pada penyandang diabetes adalah hiperglikemi. "Berpuasa selama Ramadhan meningkatkan risiko hiperglikemi berat 3 kali lipat pada DM tipe 1, dengan atau tanpa ketoasidosis, dan 5 kali lipat pada DM tipe 2," lanjut konsultan endokrin metabolik dan diabetes ini. 

Meningkatnya asupan makanan dan atau gula dihubungkan dengan tingkat lebih tinggi dari hiperglikemi berat. "Menyantap makanan manis, es buah, ini yang menaikkan kadar gula," terang Prof. Pradana dalam temu media di Jakarta beberapa waktu lalu. Hiperglikemi dapat pula timbul karena obatnya dikurangi.   

Risiko berikutnya adalah ketoasidosis diabetik. Dikatakan Prof. Pradana, Ketoasidosis diabetik menjadi kegawatdaruratan diabetes melitus, terutama untuk DM tipe 1. Ketoasidosis, terutama terjadi bila diabetes tidak terkontrol dengan baik sebelum Ramadhan tiba. Penurunan dosis insulin, guna mengompensasi berkurangnya asupan makan, memberikan faktor risiko tambahan. 

Ketoasidosis diabetik, seperti disebutkan dalam WebMD, terjadi manakala sel-sel dalam tubuh tidak mampu memperoleh glukosa yang dibutuhkan untuk energi karena tidak cukupnya insulin. Karena sel-sel tidak mendapat glukosa, tubuh mulai memecah lemak dan otot untuk energi. Ketika ini terjadi, keton atau asam lemak dihasilkan dan mask ke aliran darah, menyeabkan ketidakseimbangan kimia yang disebut sebagai ketoasidosis diabetik. 

Selain itu, dehidrasi dan trombosis juga menjadi risiko diabetesi yang menjalani puasa. Dehidrasi terjadi akibat kurangnya cairan saat berpuasa, kepanasan, humiditas yang tinggi, serta melakukan kerja berat. 

Dehidrasi membuat darah menjadi kental. Meningkatnya kekentalan darah akan menambah risiko untuk trombosis dan stroke. 

Dengan sejumlah risiko yang dapat muncul pada diabetesi yang menjalani puasa Ramadhan, sangat direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan medis dengan dokter yang merawatnya sebelum puasa. Pemahaman yang benar tentang perilaku diabetesi yang akan berdampak pada terjadinya perubahan profil glukosa darah juga perlu dikuasai. Pemahaman yang baik, akan sangat berarti dalam penyusunan program tata laksana diabetes selama menjalankan ibadah puasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau