Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Sembarangan Menggabungkan Obat dan Suplemen

Kompas.com - 22/03/2016, 15:51 WIB
Ayunda Pininta

Penulis

Sumber CNN

KOMPAS.com - Dari tahun 2006 hingga 2011, jumlah orang usia 62-85 di Amerika Serikat mengonsumsi lima bahkan lebih obat maupun suplemen. Jumlahnya naik dari 53,4% menjadi 67,1%. Tak jarang pula yang menggabungkan obat dengan suplemen, karena anggapan bahwa suplemen hanyalah vitamin yang bisa membantu tubuh dalam mendapatkan kondisi yang lebih fit.

Sehingga, jumlah orang dewasa yang menggabungkan setidaknya satu resep obat dan suplemen naik antara tahun 2005 dan 2011.

Nyatanya, ada beberapa obat yang bila digabungkan dengan obat lain tanpa persetujuan dokter, atau digabungkan dengan suplemen tertentu akan menimbulkan efek samping berbahaya.

Misalnya saja, sebuah obat resep seperti warfarin yang digunakan untuk mengencerkan darah bila digabungkan dengan suplemen seperti omega-3 dari minyak ikan, bisa meningkatkan risiko perdarahan untuk pasien tertentu.

Untuk melihat dampak penggabungan obat dan suplemen tertentu, para peneliti menggunakan database 20 obat resep yang paling umum diresepkan oleh dokter, serta pilihan suplemen yang digunakan oleh peserta dalam studi.

Mereka memperkirakan efek yang mungkin terjadi ketika obat dan suplemen diminum bersama-sama.

Peneliti menemukan, 16 kombinasi dari obat resep dengan suplemen diperkirakan meningkatkan risiko efek samping, dan kemungkinan besar yang terjadi ialah pendarahan.

Dima M. Qato, asisten profesor sistem farmasi di University of Illinois di Chicago dan rekan-rekan penelitinya menyarankan, perubahan juga harus dibuat dalam hal kebijakan praktek dokter.

Perlu diatur pedoman yang menyarankan dokter untuk memberikan keterangan yang lebih komprehensif kepada pasien tentang efek dari menggabungkan obat tertentu, baik obat resep maupun obat yang dijual bebas.

Meskipun apoteker dapat berperan dalam mengurangi risiko menggabungkan obat-obatan dengan suplemen tertentu, namun tak sepenuhnya memecahkan masalah, kata Qato. Pasien juga harus lebih waspada dan mengatakan kepada pekerja medis obat apa saja yang mereka ambil.

“Salah satu cara terbaik untuk memastikan pasien menggabungkan obat dengan cara yang aman ialah memastikan bahwa tim kesehatan, dari dokter, perawat, hingga apoteker, tahu tentang semua obat yang sedang diambil oleh pasien,” kata Dr. Michael Steinman, profesor kedokteran di University of California-San Francisco.

Sebuah studi dalam JAMA Internal Medicine menunjukkan, banyak pasien yang tidak memberitahu dokter mereka tentang obat tanpa resep yang sedang mereka ambil.

Para peneliti menganalisis data survei nasional orang dewasa dari segala usia di Amerika Serikat dan menemukan bahwa 24,9% dari mereka tidak memberitahu dokter bahwa mereka juga mengambil suplemen atau herbal. Alasan paling umum ialah karena dokter tidak bertanya, sehingga pasien tidak menganggapnya penting.

"Pesan untuk dokter adalah bahwa kita harus lebih proaktif untuk menanyakan pasien tentang hal-hal yang terjadi dalam hidup mereka dan terapi berbeda yang juga sedang mereka lakukan," kata Steinman.

"Dan pelajaran untuk pasien, bahwa itu sangat penting bagi dokter untuk mengetahui obat atau suplemen apa saja yang sedang dikonsumsi."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com