JAKARTA, KOMPAS.com - Hormon testosteron pada pria sering kali dikaitkan dengan seks dan kekuatan otot. Testosteron memang penting untuk perkembangan organ dan memertahankan fungsi reproduksi pria, sehingga hormon ini selalu dibutuhkan sejak awal kehidupan hingga akhir kehidupan seorang pria.
Karena itu, penurunan kadar testosteron pada pria bukanlah hal sepele. Jika ini terjadi, bisa jadi Anda mengalami hipogonadisme, yaitu menurunnya kemampuan testis untuk memroduksi testosteron yang memadai. Dan bila tak mendapatkan pengobatan segera, ini bisa menyebabkan kematian.
Beberapa tahun terakhir, banyak penelitian yang membuktikan bahwa penurunan kadar testosteron dapat menyebabkan menurunnnya kepadatan tulang, penurunan sel darah merah, penurunan massa otot, peningkatan lemak, dan depresi.
Tak hanya itu, penurunan testosteron dapat meningkatkan risiko sindrom metabolik dan penyakit jantung koroner, yang kemudian bisa menyebabkan kematian.
Dikatakan Dr. Johannes Soedjono, M.Kes.,Sp.And, sindrom metabolik adalah faktor risiko yang dapat meningkatkan penyakit jantung dan masalah kesehatan lain, seperti diabetes dan stroke.
Seseorang didiaagnosa memiliki sindrom metabolik bila memiliki setidaknya tiga faktor risiko, yaitu obesitas perut, meningkatnya kadar gula darah puasa, peningkatan trigliserid, dan tekanan darah tinggi.
“Hati-hati, kelebihan lemak di daerah perut adalah faktor risiko penyakit jantung. Hasil berbagai penelitian menunjukkan bahwa, risiko penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat dua kali lipat, bahkan risiko diabetes meningkat lima kali lipat jika seseorang menderita sindrom metabolik,” jelas Dr. Johannes dalam acara Diskusi Media Bayer: Seputar Masalah Intim Lelaki – Hipogonadisme Berisiko Kematian, di Jakarta (02/06).
Masalah lainnya adalah, jika seorang pria menderita sindrom metabolik, maka risiko mengalami hipogonadisme meningkat tiga kali lipat dengan angka kematian meningkat satu setengah kali lipat.
“Untuk mengurangi risiko kematian akibat penyakit jantung pada pria dengan hipogonadisme, penting dilakukan terapi sulih hrmon testosteron untuk memotong rantai timbal balik antara hipogonadisme dengan sindrom metabolik. Yang penting diketahui, semakin berat keluhan hipogonadisme yang muncul, maka akan semakin besar kemungkinan terkena penyakit jantung,” ungap Dr. Johannes.
Kabar baiknya, penelitian telah membuktikan bahwa terapi testosteron dapat memerbaiki setiap komponen sindrom metabolik, mengurangi massa lemak, memerbaiki masssa otot, menurunkan kadar gula, memerbaiki sensitivitas insulin, memerbaiki lipid, sehingga kolesterol LDL dan trigliserid turun dan HDL meningkat, bahkan juga dapat mengurangi tekanan darah sistolik maupun diastolik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.