Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Fakta dan Mitos Penyakit Usus Buntu yang perlu Anda Ketahui

Kompas.com - 14/12/2019, 09:34 WIB
Mahardini Nur Afifah,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Saat kita merasakan nyeri hebat di perut sebelah kanan bawah, banyak orang panik dan terburu-buru menyimpulkannya sakit usus buntu.

Padahal tidak semua nyeri perut sebelah kanan bawah terkait usus buntu. Ya, memang banyak juga mitos yang melingkupi organ di tubuh kita tersebut.

Sebelum buru-buru membuat kesimpulan, simak 10 fakta mengenai usus buntu berikut:

1. Usus buntu tak punya fungsi

Melansir Womenshealth, usus buntu merupakan organ yang melekat di ujung usus besar.

Organ ini berada di bagian kanan bawah perut. Panjangnya sekitar 8,5 centimeter.

Bentuknya menyerupai tabung kecil atau cacing, dengan bagian ujungnya mirip balon kempes.

Sejak lama, usus buntu dianggap sebagai organ tidak ada fungsinya. Alias dianggap sebagai organ sisa proses evolusi.

Namun, terdapat penelitian yang menunjukkan usus buntu kemungkinan berperan sebagai rumah perlindungan bakteri baik.

Usus buntu dianggap punya andil untuk mempopulasikan kembali bakteri baik. Terutama setelah ada bencana bagi bakteri ini, misalnya setelah konsumsi antibiotik.

Baca juga: Terungkap, Alasan Sebenarnya Manusia Harus Punya Usus Buntu

2. Usus buntu jadi penyakit

Melansir Everyday Health, usus buntu bisa menjadi persoalan serius saat organ ini terinfeksi, bengkak dan meradang. Kondisi medis ini disebut radang usus buntu (apendisitis).

Penyebabnya tidak selalu jelas. Terkadang disebabkan infeksi virus, bakteri, atau jamur.

Radang usus buntu paling sering disebabkan penyumbatan di area dalam usus buntu, yang disebut lumen usus buntu.

Ada beberapa penyebab yang membuat area tersebut tersumbat. Misalkan batu usus buntu, cacing usus, parasit, iritasi akibat penyakit kronik, benda asing, sampai cedera.

Saat terinfeksi atau tersumbat, bakteri berkembang cepat dan membuat usus buntu bengkak dan terisi dengan nanah.

Apabila tidak segera ditangani, radang usus buntu bisa membuat komplikasi lebih lanjut dan berpotensi fatal sampai meninggal dunia.

3. Setiap orang bisa kena radang usus buntu

Melansir Live Science, semua orang bisa terkena radang usus buntu (Apendisitis).

Menurut peneliti Johns Hopkins Medicine, radang usus buntu paling banyak menyerang orang berusia 10 sampai 30 tahun.

Di Amerika Serikat, ditemukan 250.000 kasus radang usus buntu baru setiap tahun.

Radang usus buntu lebih sering menyerang pria. Potensi radang usus buntu pria 1,4 kali lebih sering ketimbang perempuan.

Baca juga: Semua Orang Bisa Mengalami Radang Usus Buntu, Termasuk John Mayer

4. Gejala radang usus buntu

Melansir Boldsky, penyakit usus buntu memiliki beberapa gejala umum:

  • Sakit atau nyeri di sekitar pusar. Lalu menjalar sampai ke perut bagian bawah
  • Merasakan mual hampir setiap hari
  • Sering muntah
  • Kehilangan napsu makan tanpa alasan
  • Sering buang air kecil
  • Demam, terkadang disertai menggigil

5. Harus selalu dioperasi

Radang usus buntu, terutama saat usus buntu pecah dan mengakibatkan komplikasi sampai infeksi serius butuh segera dioperasi.

Di beberapa kondisi setelah melihat rekomendasi dokter, bisa juga pasien radang usus buntu diberi tindakan bedah tidak invasif atau laparoskopi.

Sedangkan jurnal JAMA, mempublikasikan riset pengidap apendisitis yang usus buntunya belum pecah tidak perlu dioperasi.

Simpulan dibuat setelah peneliti selama lima tahun mempelajari 250 pasien radang usus buntu yang diberi terapi antibiotik, dan 270 pasien radang usus buntu yang dioperasi.

Hasilnya, 64 persen pasien yang diobati antibiotik tidak mengalami radang usus buntu kembali. Mereka juga tidak mengalami komplikasi.

Sedangkan 36 persen sisanya, akhirnya menjalani operasi namun tidak mengalami kondisi gawat darurat.

Wakil direktur JAMA, Dr Edward Livingston, dalam pendamping jurnal menulis pasien boleh meminta langsung dioperasi jika khawatir radang usus buntunya berulang.

6. Mitos biji jambu dan cabai

Dokter Spesialis Gizi Klinik, dr Johanes Chadrawinata, SpGK, mengatakan, biji jambu batu atau biji cabai membuat radang usus buntu adalah mitos.

Hal itu diperkuat riset dari Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine. Potensi biji jambu, biji cabai, dan biji-bijian lain sebagai penyebab gangguan usus buntu sangat kecil.

Dari 2.000 kasus yang diteliti dari riset tersebut, hanya satu
radang usus buntu yang disebabkan oleh biji buah. Persentasenya hanya 0,05%.

Baca juga: Benarkah Makanan Bisa Memicu Usus Buntu?

7. Mitos seblak sebabkan usus buntu

Selain biji jambu dan biji cabai, seblak juga pernah disebut sebagai biang radang usus buntu.

Ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Hardinsyah mengatakan hal itu tidak masuk akal

Menurut Hardinsyah, kerupuk seblak berasal dari tapioka (aci). Bahan makanan ini bisa diproses dalam lambung.

Seperti halnya daging atau kikil yang lebih kenyal saat dikunyah. Bahan-bahan tersebut juga bisa dicerna.

8. Mitos terlalu banyak makan mi instan

Ada juga pendapat yang menyebut makan mi instan bisa bikin radang usus buntu, usus lengket, dan sebagainya.

dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH mengatakan, pendapat tersebut hoaks.

Akademisi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu menyebut, efek buruk mi instan yang dikonsumsi berlebihan setiap hari bisa mengakibatkan gizi buruk.

Menurut konsultan penyakit lambung dan pencernaan ini, komposisi gizi mi instan tidak lengkap.

Kandungan karbohidrat dan garamnya berlebih. Hal itu bisa memicu hipertensi dan penyakit lain apabila tidak bijak dikonsumsi.

Baca juga: Iklan Mi Instan, Benarkah Bikin Usus Buntu jika Dimakan Setiap Hari?

9. Makanan pengidap usus buntu

Pengidap apendisitis atau radang usus buntu yang baru dioperasi membutuhkan makanan bertekstur lunak.

Selain itu pasien juga disarankan mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang.

Salah satu yang cukup penting adalah buah. Pengidap gangguan usus buntu bisa memilih beberapa jenis buah antara lain apel, buah naga, tomat, melon, pir, dan pisang.

10. Cara mencegah

Radang usus buntu terkait erat dengan saluran pencernaan. Salah satu cara utama mencegah penyakit ini dengan menjaga pola makan.

Usahakan pola makan kita cukup serat. Tujuannya agar buang air besar lancar.

Kombinasikan antara polusi udara dan pola makan tinggi karbohidrat serta minim serat diketahui meningkatkan risiko penyakit ini.

Sumber: Kompas.com, Tribunnews.com (Lutfy Mairizal Putra, Eva Erviana, Dian Maharani, Gloria Setyvani Putri, Nur Rohmi Aida, Alit Kurniawan/Editor: Lusia Kus Anna, Shierine Wangsa Wibawa, Inggried Dwi Wedhaswary, Gloria Setyvani Putri, Malvyandie Haryadi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com