Penyakit tersebut umumnya tidak terdeteksi saat pemeriksaan medis rutin. Namun, biasanya akan terdeteksi pada pemeriksaan sewaktu atau dilacak mandiri di rumah.
Lebih detail, riset tersebut mengungkapkan orang yang bekerja 41- 48 jam per minggu memiliki risiko hipertensi terselubungnya sebesar 54 persen dibanding pekerja normal (kurang dari 35 jam per minggu).
Selain itu, golongan tersebut juga berisiko mengalami hipertensi 42 persen dibandingkan pekerja dengan jam kerja normal.
Dalam penelitiannya, peneliti yang diwakili Xavier Trudel dari Laval University Quebec, mengaitkan hipertensi dengan sejumlah faktor risiko, seperti jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, konsumsi rokok, sampai obesitas.
Salah satu temuannya yakni pria maupun wanita sama-sama berisiko mengalami tekanan darah tinggi apabila bekerja terlalu lama.
Baca juga: Tak Cukup Olahraga dan Makan Sehat, Ini 5 Cara Jaga Kesehatan Jantung
"Hubungan jam kerja yang panjang dan tekanan darah tinggi dalam penelitian itu risikonya hampir sama untuk pria dan wanita," kata Trudel.
Studi ini juga mempertimbangkan aspek ketegangan dalam pekerjaan.
Faktor ketegangan dalam pekerjaan terkait tuntutan kerja yang tinggi dan pengambilan keputusan.
"Penelitian ke depan akan dikembangkan bagaimana tanggung jawab dan kehidupan responden di rumah, sampai interaksi kerja untuk menjelaskan hipertensi ini lebih lanjut," jelas Trudel.
Trudel mengungkapkan studinya baru mencakup pekerja kerah putih.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.