Risiko lain adalah bakteri Staphylococcus yang menjadi biang infeksi staph dengan gejala bisul hingga ruam pada kulit.
Bakteri Staphylococcus dapat ditransfer dari handuk ke tubuh manusia, terutama jika ada bagian tubuh memiliki luka terbuka.
Infeksi staph ditandai dengan gejala kulit bengkak, ada benjolan merah, serta mata dan kelopak mata sakit.
Infeksi ini juga memungkinkan berkembang menjadi infeksi Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA).
MRSA dapat menembus jauh ke dalam tubuh dan menyebabkan penyakit di tulang, sendi, darah, katup jantung, dan infeksi paru-paru.
Risiko lainnya adalah virus flu. Virus ini dapat bertahan di luar tubuh selama 24 jam dan handuk bisa menjadi medium penularannya.
Baca juga: Seberapa Sering Kita Harus Mencuci Handuk Mandi?
Bessam Farjo dari Farjo Hair Institute mengatakan, berbagi handuk atau topi dapat menyebabkan infeksi Tinea capitis atau dikenal sebagai kurap kulit kepala.
Infeksi ini disebabkan organisme mikroskopis yang sangat menular. Masa inkubasinya pada manusia berlangsung dua minggu.
"Spora jamurnya sudah ada sebelum Anda melihat gejala kurap tersebut," jelas dia.
Ia menjelaskan kasus kurap kulit kepala dapat menyebabkan peradangan serius pada jaringan parut.
Menurut Farjo, biang kurap kulit kepala ini lebih berbahaya saat berkembang di handuk lembap.
Pasalnya organisme tersebut memiliki kemampuan memblokir saluran folikel rambut. Sehingga pasokan minyak agar rambut sehat terhambat.
Dampaknya, lapisan luar kulit bisa terjadi penebalan. Tungau yang hidup lebih dalam dari folikel rambut juga bisa menimbulkan kerontokan rambut permanen.
Kendati kasus kurap kulit kepala tidak jamak ditemui, namun tidak ada salahnya mengantisipasi dengan tidak berbagi handuk.
Menyetop kebiasaan berbagi handuk juga membuat kita bebas dari bayang-bayang tertular berbagai penyakit berbahaya.
Tentunya tidak nyaman musim liburan terganggu gara-gara kebiasaan kecil yang berdampak besar bagi kesehatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.