KOMPAS.com - Buat sebagian orang, perayaan tahun baru identik dengan penyelenggaraan pesta barbeque.
Biasanya, menu yang dipanggang dengan teknik barbecue (dibakar langsung) yakni daging sapi, sosis, hot dog, atau frozen food.
Bagi yang sudah berencana menyiapkan menu barbeque daging sapi, sosis, sampai hot dog, saatnya menimbang ulang rencana tersebut.
Riset yang dirilis International Journal of Epidemiology (17/4/2019), mengungkap daging merah dan olahan berpotensi meningkatkan risiko kanker kolorektal.
Melansir MD Anderson, studi tersebut menyebut potensi kanker naik bagi orang yang sering makan daging merah atau olahan.
Orang yang makan daging merah atau olahan lebih dari empat kali seminggu, risiko terkena kanker kolorektalnya naik 20 persen dibanding orang yang mengonsumsinya dua kali sepekan.
Selain itu, proses pemasakan dengan suhu tinggi seperti dibakar langsung, dibakar dengan panci, serta digoreng, turut menaikkan risiko kanker.
Pemasakan dengan suhu tinggi membentuk zat kimia berupa heterocyclic amine (HCA) dan polycyclic aromatic hydrocarbon (PAH).
Baca juga: Kanker Kolorektal Ancam Pria Indonesia, Berikut Cara Mencegahnya
Cancer.gov menjelaskan, HCA dan PAH terbentuk saat otot daging termasuk daging merah, ikan, dan unggas dimasak dengan suhu tinggi.
Dalam eksperimen di laboratorium, HCA dan PAH bersifat mutagenik atau dapat mengubah DNA yang meningkatkan risiko kanker.
HCA terbentuk ketika asam amino dalam protein, gula, kreatin atau kreatinin dalam otot, dimasak dengan suhu tinggi.
Sedangkan PAH terbentuk ketika lemak dan sari daging dipanggang langsung maupun di panci.
Asap dari proses memanggang mengandung PAH kemudian menempel pada permukaan daging.
PAH juga dapat terbentuk saat proses pemasakan seperti pengasapan.
Kadar HCA dan PAH dalam berbagai menu makanan dapat bervariasi tergantung metode pemasakan dan tingkat kematangan.