Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Dilewatkan, Pelukan Punya 3 Manfaat Kesehatan Luar Biasa

Kompas.com - 31/12/2019, 08:15 WIB
Mahardini Nur Afifah,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

Sumber Healthline

KOMPAS.com - Banyak orang mengekspresikan perasaannya lewat pelukan.

Pelukan bisa menjadi sarana untuk mengungkapkan rasa sayang. 

Selain itu, pelukan bisa juga memiliki arti memberikan dukungan bagi orang lain.

Namun di era modern seperti sekarang ini, pelukan bisa jadi semakin jarang dilakukan orang-orang. 

Keberadaan  media sosial membuat banyak orang bisa berkomunikasi hingga mengungkapkan perasaan tanpa bersentuhan.

Kondisi ini jelas cukup merugikan mengingat pelukan punya segudang manfaat untuk menunjang kesehatan baik fisik maupun mental seseorang.

Oleh sebab itu, perlu kiranya kita tetap menyusun jadwal bertemu dengan keluarga, kerabat, atau teman terkasih.

Baca juga: Pentingnya Pelukan dalam Kebahagiaan Ibu dan Keluarga

Manfaat pelukan

Melansir Hello Sehat, berikut ini beberapa manfaat pelukan bagi kesehatan seseorang:

1. Mengobati stres dan kecemasan

Penelitian yang dikerjakan periset di Carnegie Mellon University membuktikan orang yang intens berpelukan jarang terkena flu dan stres.

Secara alamiah, manusia memiliki kebutuhan dikasihi. Saat kebutuhan itu dipenuhi, hormon di dalam tubuh dapat bekerja dengan baik.

Pelukan dapat menurunkan hormon insulin dan memperbaiki hormon tidur. Tidur yang cukup dapat meredakan stres.

Selain itu, pelukan juga dapat mengurasi rasa sakit, depresi, cemas, dan perilaku agresif.

Tubuh manusia terdiri atas saraf-saraf, saat berpelukan, terjadi percikan elektrik untuk mengaktifkan sel saraf otak dan pusat.

2. Membuat pikiran lebih positif

Pelukan membuat tubuh mengeluarkan hormon oksitosin atau hormon cinta.

Baca juga: Sebagian Milenial Masih Percaya HIV Bisa Menular Lewat Pelukan

Hormon ini membawa pesan di bagian pusat emosional otak sehingga kita dapat merasa tenang, puas, dan lega.

Selain oksitosin, pelukan juga memproduksi hormon dopamin dan seretonin.

Hormon tersebut berfungsi menjaga kesimbangan suasana hati dan menjaga pikiran tetap positif.

Pikiran positif berkontribusi pada hidup sehat dengan menurunkan detak jantung dan ekanan darah.

3. Baik untuk pekembangan si kecil

Penelitian menyebut kurang pelukan dapat menghambat perkembangan perilaku anak-anak saat dewasa.

Sebuah penelitian di Emory University juga menemukan kaitan antara stres saat dewasa dengan pelukan saat masih kecil.

Orang yang terbiasa mendapat atau memberikan pelukan saat kecil, tidak gampang stres dan cemas saat dewasa.

Pelukan juga mampu membangkitkan ikatan antara orang tua dan anak.

Jangan asal pelukan

Agar mendapatkan manfaat optimal untuk menunjang hidup sehat, pelukan perlu frekuensi dan durasi khusus.

Melansir situs resmi Kementerian Kesehatan RI, orang membutuhkan pelukan selama 20 detik untuk memacu hormon oksitosin, dopamin, dan seretonin.

Kita membutuhkan empat pelukan per hari untuk menjaga kesehatan.

Namun, apabila memiliki penyakit tertentu atau dalam pengobatan, kita membutuhkan delapan sampai 12 kali pelukan dalam sehari.

"Intinya, kita butuh banyak pelukan agar tetap sehat," jelas dokter keluarga Virginia Satir, Melansir Healthline.

Pendapat tersebut merujuk hasil riset ilmiah. Disebutkan, kita butuh pelukan sebanyak mungkin agar kesehatan prima.

Satir menyayangkan kebanyakan orang modern cenderung minim bersosialisasi dan berpelukan.

Padahal, hal itu baik kesehatan karena bisa mengurangi stres, meningkatkan kemampuan komunikasi, dan lebih bahagia.

Jika sungkan meminta pelukan orang asing, kita disarankan meminta pelukan pada teman dekat atau keluarga. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com